Layani Penumpang dengan Hati



Oleh: M. Nurfahrul Lukmanul K.
(Mahasiswa Universitas Negeri Malang)

            Pernahkan anda hampir jatuh saat turun dari bus karena terburu-buru? Saya sering melihat pemandangan seperti ini ketika mudik hari raya tiba. Ketika mudik hari raya idul adha kemarin, saya prihatin melihat seorang perempuan terburu-buru turun dari bus. Saat dia menyadari bahwa dia salah tempat turun. Dia berteriak agar bus berhenti. Sialnya, kondektur bus sudah menutup pintu dan meninggalkan perempuan itu begitu saja. Padahal perempuan itu sebenarnya masih berhak naik bus tersebut, tetapi dia kurang diperhatikan oleh kondektur sehingga dia tersesat ketika turun.
            Kejadian tersebut hanya satu dari sekian fenomena buruk ketika mudik hari raya. Padahal mudik hari raya itu memerlukan perjuangan besar mulai dari persiapan fisik dan mental. Jumlah penumpang yang meningkat tajam pada saat mudik hari raya seharusnya dimanfaatkan dengan bijaksana oleh perusahaan transportasi. Saya kerap mendapati bus jurusan Surabaya – Semarang selalu penuh sesak dengan penumpang yang duduk dan berdiri. Belum lagi pelayanan kondektur yang hanya mementingkan kejar setoran dengan menambah jumlah penumpang daripada memperhatikan rute yang dipesan penumpang. Penumpang harus selalu turun dengan terburu-buru bahkan hampir terjatuh karena sopir dan kondektur selalu terburu-buru. Bus patas berinisial T dalam rute ini juga dikemudikan oleh sopir dengan ugal-ugalan sampai membuat penumpang di dalam bus kaget dan terjengkang.
Perjalanan yang nyaman ke kampung halaman tentu impian semua orang. Semua penumpang sudah memenuhi kewajiban mereka membayar karcis selayaknya karena bagi penumpang yang dapat kursi maupun yang berdiri itu membayar harga yang sama. Semua pegawai bus selayaknya melayani mereka dengan hati demi keselamatan dan keamanan bersama. Saya pikir moda transportasi apa pun tidak boleh mengabaikan keselamatan penumpang dalam situasi apa pun.

(dimuat koran Surya: 26 September 2015)
 

Comments

Popular posts from this blog

Janji Pelangi, Persahabatan Menyembukan Trauma

Monolog Waktu

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan