Posts

Showing posts from June, 2018

Berburu Puncak Buthak

Image
12 Mei 2018        Kami menunggu Mas Wahyu di kontrakan Bayu. Semalam kami menginap di sini. Kontrakan Bayu punya dua kamar tidur, satu dapur dan kamar mandi. Cukup bersih, nyaman dan murah. Aku segera mandi. Setelah menyeduh tiga kopi, Mas Wahyu datang. Kopi buatanku tidak manis karena hanya satu sendok teh gula saja. Nanda tidak suka jadi aku menambah satu sendok lagi.         Kami sarapan soto ayam dulu sambil belanja sayuran di gerbang masuk Panderman. Dompetku habis untuk membayar empat makanan setelah semalam menyewa dua kantung tidur dan satu lampu tenda. Kami segera parkir di Pos Jaga di lembah Panderman. Kami memarkir tiga motor sambil memotret peta dan membayar karcis.          Setelah berdoa, kami berangkat mendaki lewat ladang penduduk. Beberapa kali kami harus mengalah dan berhenti karena motor para petani yang berseliweran di jalanan yang sempit. Banyak debu beterngan jadi harus pakai kacamata dan masker. Kami sering istirahat karena lelah dan haus.

Mendung Sepanjang Benteng Vredeburg dan Sangiran

Image
Lapangan dalam Benteng Vredeburg 24 Maret 2018              Sehabis sarapan dengan nasi kuning yang hambar, kami keluar dari hotel menuju Benteng Vredeburg. Kami parkir di dekat gedung Bank Indonesia dan Taman Pintar. Gerbang Benteng Vredeburg Kami jalan sekitar satu kilometer menuju benteng peninggalan kolonial Belanda dari abad ke-18 M itu. Sudah lama aku ingin ke sini. Bangunan bersejarah ini terawat dengan baik. Gedung-gedung lama dijadikan museum dengan koleksi artefak yang anehnya justru berasal dari militer masa modern. Kami bertemu Mbak Ulfa dan Pak Blasius lagi. Kami berfoto di antara Patung Jendral   Sudirman dan Patung Urip Sumardjo. Nol Kilometer Jogja Benteng ini cukup luas jadi aku belum sempat mengelilingi semua sudut. Sebelum masuk bus, aku sempat berfoto di depan taman pintar. Aku tak sempat berburu buku karena keterbatasan waktu. Sambil menunggu bus, aku makan bakso di parkiran karena kami baru makan siang di Solo nanti, sekitar tiga jam lagi. B

Sinau Aksara Jawa Kuno

Image
Oleh: Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim, M.Pd (Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang)             Bahasa Jawa Kawi kuno memiliki keunikan tersendiri, terutama sebelum mendapat pengaruh dari Mataram. Bahasa Jawa Kawi berbeda dengan aksara Jawa yang selama ini diajarkan dalam mata pelajar muatan lokal yaitu Bahasa Daerah. Bahasa Jawa Kuno (Kawi) berasal dari abad ke-8 Masehi, lebih kuno dibandingkan aksara Jawa baru / hanacaraka digunakan pada abad ke-16 Masehi. Belajar Aksara dan Bahasa Jawa Kuno (Kawi) diselenggarakan oleh Komunitas Jawa Kuno di Perpustakaan Umum Kota Malang pada tanggal Sabtu, 2 Juni 2018. Acara ini sengaja diselenggarakan sambil menunggu momen buka puasa karena saat itulah mayoritas masyarakat memiliki waktu senggang. Aang Pambudi Nugroho, S.Pd, didapuk sebagai pemateri utama memaparkan pentingnya belajar aksara Jawa kuno. Selain untuk mengenal jati diri bangsa, memelajari aksara Jawa kuno juga berguna untuk memupuk rasa cinta kepada kearif

Antara Taman Sari sampai Candi Bubrah

Image
Gerbang Taman Sari 23 Maret 2018 Sejak dini hari, aku sudah kencing dua kali. Aku sedikit minum tiap malam sampai mulutku seperti gurun. Kami sempat istirahat di Jatilawang dan Kulonprogo. Semalam aku sempat j eri saat melewati tanjakan emen di dekat Bandung karena dua minggu lalu baru terjadi kecelakan bus di sana. Hidungku sudah berhenti meler dan tenggorokanku lebih l e g a . Aku sudah lapar lagi. Usai melewati jembatan Sungai Progo, kami disambut pemandangan pedesaan yang indah. Aku rajin membagikan brosur acara bedah novelku lewat media sosial sejak kemarin. Semoga efektif untuk promosi . Gua Lanang & Wadon di Candi Ratu Boko Seusai sarapan dan mandi, kami berangkat ke Taman Sari. Bangunan istana peristirahatan sultan yang dirancang oleh arsitek Portugis itu memang menawan. Kami menyusuri taman, kolam pemandian, menara sultan sampai masjid bawah tanah. Aku sudah menghabiskan dua bungkus cilok karena lapar. Dahak ku masih sesekali nyangkut di tenggorokan. Kami ber

Bertahun-tahun

Image
ilustrasi oleh @milfachu Rasanya baru kemarin kita berjumpa Tak dinyana sudah sewindu kita saling sapa Hanya kata-kata biasa yang tersuara Sedangkan kalimat cinta membeku di udara Aku hanya berani menatap ujung rambutmu Atau ujung pundakmu Atau ujung sepatumu Bukan karena aku tak menghargaimu Aku takut tenggelam dalam tatapmu Aku sukar lari dari teduhnya suaramu Aku terpana oleh hangatnya senyummu Ketika kau berlalu, Aku hanya berani menatap punggungmu Seolah ada sayap malaikat di situ Aura yang menyapu habis pertahananku dimuat koran Malang Post : Minggu, 15 April 2018