Posts

Showing posts from February, 2013

Jar and Lonely

Dear memory, you always jar of my mind, my head, my finger and my smile....             I can’t bear the memory. I still love somebody (Ups! Uncontrol!). Okay, it’s enough. My first love is so sweet moment in my life. Every moment is not special, but i was happiness and enjoyed it. Several years ago, everything about my first love was begins. Right now, i still here with a litlle thing for my dream.             But sometimes every story is not happy ending. Never mind. I’m happy with my single figther. I’m not hurry in love, altough i’m walking alone and lonely. Falling in love is like a season, right? Season have a different felling and story.              Everything is nothing to lose, i still believe i will find my true love. I don’t know how and where. I’m just here with my passion. I’m happy and full positive thinking.             Love is about spirit. Altough i never get my love, i try to get my another dream.             So, i have to believe with my project. I must

Menulis Sejarah Pasar Tradional, Yuk?

Image
Oleh: M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim (Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang) Artikel dimat Surya Online                         Sejarah pasar tradional di Indonesia masih sangat jarang ditulis. Padahal Pasar tradisional merupakan tempat jual beli yang sangat penting dan dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, seperti halnya di Kabupaten Malang. Setiap kecamatan di Malang pasti terdapat pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi, salah satunya Pasar Bululawang. Bagaimana menulis sejarah pasar tradisional tersebut? Cara sederhana dan mudah berikut ini dapat diterapkan dalam proses menulis sejarah pasar. Pertama, Temukan sumber primer: bisa berupa sumber lisan mau pun tulisan. Sumber lisan bisa digali dengan cara wawancara dan langsung berbaur di pasar (observasi). Di Pasar Bululawang, ada seorang pedagang es campur yang sudah berdagang sejak beliau masih remaja. Beliau, Bapak Aspali (82 tahun), mengaku meneruskan dagangan kedua orang tuanya sampai sekarang. Menurutn

Madu Anak Dalam

Image
Oleh:  M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim* Puisi ini dimuat di majalah ini :Bukit 12 Pohon-pohon karet ciut merintih Anak beruang menangis dan tertatih Kepala babi yang baru saja dipenggal dicuri anjing Mereka kerap mengotori sungai dengan tinja hitam Cawat kami dipenuhi lumpur perbatasan Hewan buruan tak cukup untuk makan Tetumbuhan sering kali beracun kini Anjing-anjing mengencinginya dengan permusuhan Lihatlah burung yang susah kami tangkap Kaki, mata, perutnya begitu kecil Adik dan ibuku lapar menggigil Tikus mencuri ubi-ubi dalam hidup kami Besok aku tak mau pergi ke sokola Waktunya melangun madu di rimba Ritual terakhir itu sarat air mata Ayah tertusuk parang orang terang 130512 dimuat Komunikasi Tahun 34 No. 282 September-Oktober 2012 Buku yang mengilhami puisi ini *Penulis adalah mahasiswa Sejarah 2010 dan bergiat di UKM Penulis Sumber:  http://komunikasi.um.ac.id/?p=7992#more-7992