Posts

Showing posts from October, 2011

Ladang Imaji yang terlewatkan dan menggiurkan: Fiksi Horor, Ilmiah, dan Fantasi*

Image
Oleh M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim Bosan menulis cerita yang itu-itu saja? Ingin bikin novel sekaliber Harry Potter, Frankeinstein, atau Sekantung Tulang. Cerita-cerita tersebut di luar akal realita namun tetap lezat dinikmati sebagai karya sastra. Belum lagi penulis fiksi ilmiah, horor, dan fantasi masih sangat sedikit di Indonesia. Padahal banyak anak SD yang sudah menerbitkan novel fantasi mereka dan ternyata laris manis seperti Negeri Es Krim dan Silver Stone. Penasaran? Apa benar menulis fiksi seperti itu susah? Simak definisi saya berikut ini. Fiksi Horor adalah cerita rekaan yang bertemakan horor atau sesuatu yang menakutkan. Cerita ini sempat populer di Indonesia sekitar tahun 1980-an saat film Suzana laris manis di pasaran. Bahkan sempat meledak juga sekitar tahun 2003, saat sebuah program TV menayangkan genjar acara tentang penampakan mahluk halus. Penulis fiksi horor di Indonesia yang terkenal adalah Abdullah Harahap. Dalam fiksi ini, isu-isu horor, penampakan setan, ba

Unjuk Karya di Media Masa*

Image
Oleh M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim Seperti apa, sih, rasanya saat tulisan kita dibaca oleh banyak orang? Apalagi jika dibaca semua orang se-Indonesia dan diapreasiasi? Nama penulis bisa ikut terdongkrak. Bukan hanya itu, penulis juga akan mendapat honor. Keren kan? Tertarik? Gampang kok. Modal utamanya adalah gigih berkarya, kreatif, perluas wawasan dan pergaulan, dan sabar. Berikut ulasannya: 1. Gigih Bekarya Tidak semua penulis yang pertama kali mengirim karyanya ke suatu media masa akan langsung diterima dan diterbitkan. Tapi jangan berkecil hati dulu. Bukan berarti karya tersebut jelek dan tak layak muat. Naskah cerpen yang masuk ke redaksi suatu koran dan majalah bisa mencapai puluhan dalam sehari. Apalagi jika media masa itu sekaliber Kompas / Jawa Pos. Mungkin ada ribuan tumpuk naskah yang harus dibaca dan diseleksi tiap minggunya. Padahal rata-rata tiap bulan mereka hanya menerbitkan empat cerpen. Namun sebenarnya semua penulis memiliki kesempatan yang sama. Yang membedaka