Terhanyut Karapan Laut

Oleh: Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim
(Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang)

            “Madura itu selalu berasal dari puisi. Orang-orang Madura selalu memulai hari-hari mereka dengan melantunkan puisi.” ungkap Mahwi Air Tawar, sastrawan yang baru saja menelurkan buku berjudul ‘Karapan Laut’. Buku kumpulan cerita tentang kehidupan rakyat kecil di pesisir madura itu berhasil menyihir puluhan peserta yang ikut dalam diskusi sastra di Warung Kelir Malang malam itu (29/9/2014).
Para Sastrawan Jatim: Ratih, Mashuri, Mahwi, Fahrul, Deny
             Madura tidak hanya terkenal dengan celurit dan karapan sapi. Banyak sastrawan terkenal seperti D. Zawawi Imron yang menuliskan buku puisi tentang Madura. Kali ini, cerpen tentang keeksotisan dan kesenjangan sosial Madura hadir dari tangan sastrawan muda, Mahwi Air Tawar.
            Buku ini dibedah oleh sastrawan terkemuka Jawa Timur: Mashuri, penulis novel Hubbu dan buku puisi Munajat Buaya Darat. Mashuri berkomentar buku memiliki latar kearifan lokal Madura yang sangat kuat dan endemik alias tak bisa ditemukan di tempat lain. Buku cerita pendek ini memberi khazanah baru bagi perkembangan sastra di Indonesia. Karena buku fiksi tentang kebudayaan lokal Indonesia masih sangat jarang di tengah arus globalisasi saat ini.
Suasana diskusi buku
             Cerita tentang Madura ini memiliki tema utama pertentangan antara ironi  sosial dan budaya. Judul ‘Karapan Laut’ digunakan untuk menunjukkan identitas asli Madura. Mahwi mengungkapkan bahwa laut memang ada dimana-mana, tapi ‘Karapan’ hanya Madura yang punya. Filofosi judul ‘Karapan Laut’ ialah pergulatan dan perlombaan hidup manusia yang penuh tantangan dan keberkahan, sama seperti nelayan di laut.
dimuat Koran Surya, 18-20-1014
             Diskusi budaya ini membuat hanyut semua peserta untuk mengenali lebih dalam budaya dan eksotisme Madura. Yusri Fajar, Dosen UB dan Sastrawan Malang, meyakini bahwa kebudayaan itu bersifat cair. Kebudayaan Madura adalah kebudayaan kita semua sebagai warga negara Indonesia yang harus dilestarikan. 

Bisa juga dibaca versi Surya online:
http://surabaya.tribunnews.com/2014/10/16/terhanyut-kerapan-laut

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Janji Pelangi, Persahabatan Menyembukan Trauma

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan