Musim Bulan Sabit


Oleh: M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim
 
Sumber ilustrasi: Cheese Mobile
Dia mulai cari
Kemarau dalam
Degup jantungnya sendiri
Sebelum ombak menelannya
Ke dalam album suci sekayu biru

Dia meniup isyarat
Di antara jeda dedaunan yang
Luruh disepuh angin
antara  gravitasi sebelum bumi
juga biru sebelum laut ternganga
kami hitung kemarau sama-sama
sampai hitungan kelima
mantranya jadi celurit

Dia memainkan rindu
Dengan dedaunan kemarau
Dan bangau yang dihalau
Rawa-rawa keriput
Sejuta perdu tak menyisakan
kenangan yang sama
dengan sihir petak-petak tambak

Kami kawini kemarau
Dengan keriput sendiri
Kami kumpulkan ikan
Dari lilit dendam alam
Tapi kenapa ombak sunyi
Tak jua berhenti?
 
Puisiku di Majalah Komunikasi
 
dimuat Komunikasi UM edisi 282: Juli-Agustus 2013

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Janji Pelangi, Persahabatan Menyembukan Trauma

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan