Ketika Pena Bicara


Oleh : M Nur Fahrul Lukmanul Khakim  
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang 
fahrul.khakim@yahoo.com 

Setiap karya sastra punya kekuatan dalam menyampaikan pesan kepada pembaca. Para penulis berhak mengeksplorasi kata-kata menjadi karya sastra yang bukan hanya enak dibaca tetapi juga bermakna bagi pembacanya. Forum Lingkar Pena (FLP) ranting Universitas Negeri Malang (UM) menggelar talkshow Kepenulisan dan Sayembara Menulis Cerpen 2012 se-Jawa Bali mengusung tema 'Ketika Pena Bicara, Selarik Kata Menyilau Semesta', Minggu (30/9).

Talkshow kepenulisan menghadirkan ustadz Marenda Darwis, penulis buku Apakah Bibirmu Masih Perawan? dan Jangan Pernah Berkata Seandainya. Ustadz Darwis berbagi pengalamannya menulis dan menerbitkan buku. Antara lain kiat-kiat menulis yang baik menurutnya adalah, motivasi tinggi, rajin mengamati, banyak membaca, tulis diary, buka kamus, catat apa saja, terus berlatih, ambil hikmah masa lalu, sering diskusi dengan penulis lain, jangan ragu mengirimkan karya.

Sekitar 50 peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa dan pelajar bersemangat mengikuti talkshow tersebut. Menurut Ustadz Darwis, agar tulisan disukai orang lain dan layak dipublikasikan, tulisan tersebut harus aktual, profesional, selalu baru, unik, dan dibutuhkan.

Seorang penulis juga harus melakukan riset ATM (amati, tiru, modifikasi) dan mempelajari buku-buku best seller. Sebelum mengakhiri talkshow Ustadz Darwis berpesan, “dalam berkarya, kita tidak boleh minder. Harus membuka mata dan telinga. Dan jangan pernah menunda-nunda waktu untuk menulis.”

Talkshow disambung dengan pengumuman pemenang sayembara menulis cerpen 2012 se-Jawa Bali kategori umum dan pelajar yang berhasil mengumpulkan 140 naskah cerpen dari dua kategori selama periode pengiriman naskah sejak Juni sampai Agustus 2012. Pemenang kategori umum, juara 1 Pudarnya Pesona Fatruk (Ruli Handani), Juara 2 Gathik Bapakku (Lailindah Nurjanah), Juara 3 Ode untuk Calixta Colunga Rojo (Royyan Julian). Pemenang kategori pelajar, juara 1 Lelaki yang menunggu Hujan (Fahmi), juara 2 Penjahat Kemerdekaan (Novia Anggraeni), juara 3 Antareja (Galih).

“Salut dengan karya-karya pemenang yang tak hanya baik secara penulisan tapi juga kreatif. Para penulis muda menggunakan penuturan bahasa yang mirip sastrawan profesional. Mereka menuliskan hasil pemikiran lewat cerita yang lentur, penuh pembaharauan dan mampu memasukkan masalah dengan baik secara logis dan estetis,” puji Nita, salah satu juri lomba, pembina FLP ranting UM yang juga dosen sastra.

Pernah dimuat koran Surya Oktober 2012, sumber online:http://surabaya.tribunnews.com/2012/10/02/ketika-pena-bicara

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Janji Pelangi, Persahabatan Menyembukan Trauma

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan