Anti-Tersesat Berwisata ke Korea


Judul               : Lost in Korea
Penulis             : Cayi & Gelbo
Penerbit           :Gramedia  Pustaka Utama (GPU)
Tahun Terbit    : Desember 2011
Tebal               : 256 halaman
Peresensi         : M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim*


            Sudahkah anda merencanakan travelling untuk mengisi liburan nanti? Travelling atau perjalanan wisata tentu sangat penting untuk menyegarkan dan merilekskan kembali ketegangan selama kuliah atau bekerja. Tertarik berwisata ke luar negeri, kenapa tidak coba ke Korea?
Kini pesona Korea tidak hanya memukau dari segi hiburannya (musik, film dan serial drama) saja tapi juga di bidang pariwisata, negara ini telah menarik banyak wisatawan mancanegara. Tapi berwisata ke Korea tentu butuh persiapan yang matang serta buku panduan yang tepat agar tidak tersesat. Apalagi, kebudayaan Indonesia dan Korea sangat berbeda terutama dalam hal bahasa dan tulisan. Namun hal ini seharusnya tidak menjadi kendala untuk mewujudkan impian berkunjung ke negara kelahiran Super Junior ini.
            Buku ini mengulas tentang wisata hemat ala backpaker sepasang sahabat yaitu Cayi dan Gelbo di Korea Selatan. Cayi, pecinta tulis-menulis yang awam dalam dunia traveling, sedangkan Gelbo adalah pecinta traveling yang awam dalam dunia tulis-menulis. Kedua karakter unik itu menyatu dalam petualangan mereka di Korea yang disajikan dengan informatif dalam buku mungil ini.
            Sebagai pembuka, buku ini menjabarkan berbagai persiapan yang diperlukan sebelum berwisata ke Korea. Mulai dari persiapan mengurus visa, paspor, bahkan tiket pesawat. Komplit banget! Sebelum menjejak di Korea, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu latar belakang negara tersebut. Asyiknya, buku ini juga disertai informasi penting tentang sejarah singkat, kebudayaan, serta hal-hal di Korea yang sedang ngetren saat ini. Persiapan bekal wawasan dan packing yang tepat niscaya akan sangat mempermudah perjalanan wisata nantinya.
            Buku ini menawarkan paket perjalanan wisata ke Korea selama 11 hari dengan mengunjungi daerah wisata terkenal di Korea seperti Seoul, Sokcho, Gyengju, Pulau Jeju, dan sedikit ulasan tentang Nami, sebuah pulau buatan yang sangat indah. Untuk memudahkan akses ke tempat wisata tersebut, diulas juga berbagai moda transportasi darat yang tersedia di Korea lengkap dengan ongkos, jurusan dan tipe kendaraan mulai dari bus sampai kereta supercepat.
            Untuk menekan biaya menginap, bisa dipilih beberapa hostel / guest house yang terjangkau dan berkualitas seperti Ann Guest House. Menyiasati akomodasi penginapan juga bisa dilakukan dengan bergabung dengan Couchsurfing (CS) dan Hospitality Club (HC). CS dan HC adalah ajang silaturahmi antar sesama traveller yang saling membantu dan bertukar kebudayaan, serta bisa menyediakan penginapan gratis. Berwisata ke Korea tidak harus bisa menguasai bahasa dan tulisan Korea. Terbukti, kedua traveller ini hanya mengandalkan bahasa Inggris dan bahasa sapaan Korea saja. Tantangannya, hanya sedikit orang Korea yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Cayi dan Gelbo sering menggunakan bahasa isyarat (menggerakan anggota badan) untuk bertanya kepada warga Korea. Buku ini sudah dilengkapi percakapan singkat dalam bahasa Korea yang akan saat berguna selama berwisata di sana.
            Salah satu tempat wisata yang menarik dan menegangkan di Korea adalah DMZ (Demilitarired Zone). Tempat wisata ini adalah zona penyangga Korea Utara dan Korea Selatan sepanjang 2 km yang melintang di Semenanjung Korea sejauh 250 km. Zona ini adalah perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan yang juga merupakan bekas perbatasan Amerika yang menjajah Korsel dan Uni Soviyet yang menjajah Korut.
Tempat wisata ini menawarkan pengalaman yang unik tapi beresiko. Pengawasan di zona ini sangat ketat dan melarang wisatawan berpenampilan seperti atau bergaya pakaian militer. Tarif wisatanya cukup mahal, 46.000 won per orang. Para wisatawan akan dibawa masuk ke dalam terowongan sedalam 350 meter untuk melihat ujung terowongan yang mengarah langsung ke Korea Utara. Saat perang berlangsung, terowongan ini mampu memindahkan 10.000 tentara dalam satu jam. Berwisata ke DMZ membuat pengunjung mengenal lebih dekat sejarah konflik Korea Utara dan Korea Selatan.
Banyak juga daerah wisata di Korea yang disediakan secara gratis seperti Korea National Museum, National Folk Museum, Buckhon Hanok Village dan Namsan Hanok Village. Uniknya, di Korea National Museum juga terdapat katalog museum dalam bahasa Indonesia, walau menurut Cayi dan Gelbo tata bahasanya kurang bagus tapi pihak museum sepertinya telah berusaha menyiapkan katalog dalam berbagai bahasa negara di dunia dengan lengkap. Dari semua tempat wisata gratis tersebut, pemerintah Korea tampak sangat berkomitmen mengenalkan budaya Korea kepada para wisatawan. Semua tempat wisata tersebut memang tersedia gratis dengan katalog informasi yang cukup memadai namun tetap menjadi obyek wisata yang berkualitas dan terawat dengan baik.
Makanan khas Korea yang wajib dicoba adalah Samgyetyang, sup ayam ginseng yang sangat terkenal seantero Korea. Banyak restoran yang menyediakan menu ini di berbagai kota besar di Korea, namun yang direkomendasikan oleh para penulis buku ini adalah Dong Bang Ginseng Chicken Soup di Seoul. Porsinya satu ayam utuh. Kebanyakan makanan Korea disajikan dalam porsi satu ayam utuh lengkap dengan kimchi. Untuk menyiasati makanan murah dan halal, bisa membeli salad-all-you-can-eat karena terdiri dari sayuran dan pasta serta banyak restoran seafood yang menyediakan ikan segar dan bumbu tanpa mengandung babi. Usahakan menghindari makanan yang dijual di pinggir jalan karena kebanyakan makanan tersebut mengandung babi.
Berwisata takkan lengkap tanpa membawa oleh-oleh. Ginseng 6 Tahun dipercaya oleh warga Korea memiliki khasiat yang sangat tinggi. Terdapat berbagam variasi harga ginseng ini. Pusat oleh-oleh khas Korea dengan harga yang dapat ditawar dan barang yang berkualitas bertempat di Namdaemun Market. Cayi dan Gelbo menganalogikan tempat ini sekelas Blok M di Jakarta. Di sini terdapat souviner mulai dari magnet boneka Korea, gantungan kunci, kaos, dan lain sebagainya, serta ginseng 6 tahun yang dapat ditawar dengan harga terjangkau. Banyak juga pedagang yang mampu berbahasa melayu sehingga memudahkan dalam tawar-menawar harga.
Buku ini sudah menghadirkan detail perjalanan wisatadi Korea dengan memukau dan trik berhemat. Namun sayang, buku ini tidak dilengkapi peta negara Korea, hanya peta jalur kereta di Seoul. Tidak ada pengenalan huruf hangeoul serta daftar indeks. Para penulis juga tidak membahas wisata di Menara Namshan yang sangat terkenal itu. Melalui buku ini, pembaca bisa membandingkan obyek wisata di Korea dan Indonesia. Saya pikir Indonesia memiliki obyek wisata dan budaya yang lebih beragam serta indah dari pada Korea. Mungkin pemerintah Indonesia melalui badan pariwisata bisa menyontoh hal yang diterapkan pemerintah Korea dalam memajukan pariwisatanya.



* Peresensi adalah Mahasiswa Jurusan Sejarah 2010

Comments

  1. wisata ke Korea emang paling dinanti ya, check jg nih info wisata Korea mealalui fanpage KOREA TOURISM ORGANIZATION INDONESIA

    ReplyDelete
  2. mas bro jujur ku belum pernah nih ke Korea, sampai saat ini sih ingin banget kesana cuma masih belum kesampean alhasil saya buat deh blog tentang belajar bahasa Korea, kalo mas bisa bahasa Korea ditunggu sharring ilmunya ya di blog saya. Ku dah follow blogny ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berbagi. Mohon maaf, saya tidak bisa bahasa Korea. Hanya pakai kata-kata Korea yang sering dipakai di film / buku. Tapi saya senang atas info belajar bahasa Korea di blog anda. Saling berbagi wawasan ya? :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan

Mengenal Data Tekstual