Selamatkan Aku dan Hutanku!
Judul :
PING! A Message From Borneo
Penulis :
Riawani Elyta & Shabrina W.S.
Penerbit :
Bentang Belia
Tahun Terbit :
Maret 2012
Tebal :
141 halaman
Hutan
Kalimantan memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan menjadi rumah bagi
satwa langka, Orang utan. Sayang, pembalakan hutan yang sering terjadi di
kawasan tersebut semakin mengurangi luas hutan hijau di Kalimantan. Selain itu,
perburuan orang utan untuk dijual, dijadikan binatang peliharaan bahkan
dikonsumsi dagingnya juga kian merajalela sehingga turut mengancam kelestarian
satwa langka tersebut. Namun kebanyakan anak muda sekarang kurang begitu peduli
pada nasib satwa langka dan kerusakan lingkungan tersebut. Nah, Riawani Elyta
dan Shabrina W. S. memiliki visi yang sama untuk menyadarkan para generasi muda
melalui novel yang bertema pentingnya penyelamatan lingkungan hidup ini.
Dimulai
dari perjalanan Moly, mahasiswa pecinta satwa yang ingin sekali ke Kalimantan
dan melihat Orang utan. Saat Nick, mahasiswa asal Inggris sekaligus sahabatnya,
menawari Moly untuk menemaninya dalam penelitian di Kalimantan, Moly langsung menyusulnya.
Sesampai di sana, Moly tak hanya bertemu dengan Nick dan Andrea (saudari Nick)
yang sedang penelitian untuk skripsi mereka, tapi Moly juga berjumpa lagi
dengan Archie. Walau Moly dan Archie pernah bersahabat dekat saat SMA dulu
sebelum Archie pindah ke Kalimantan, namun mereka memiliki sifat yang berbeda.
Apalagi, Archi, putra pengusaha kelapa sawit di Kalimantan itu kini berlagak
angkuh dan tiba-tiba menyatakan perasaan yang selama ini dipendampanya pada Moly:
cinta.
Sialnya,
Archie bukan pecinta binatang seperti Moly, Nick dan Andrea. Hal tersebut kerap
memicu pertengkaran Moly dan Archie. Bahkan Archie sering menghina obsesi Moly
pada satwa langka. Di saat Moly bingung dengan pernyataan cinta dan sikap
Archie yang menyebalkan, diam-diam dia mendapatkan perhatian lebih dari Nick.
Nick
membawa Moly dekat dengan hal-hal favoritnya, serta hal yang menyentuh sisi
kemanusiannya: penyelamatan orang utan. Moly bertemu Karro, seekor anak orang
utan yang kehilangan ibu dan kerabatnya saat perburuan orang utan. Awalnya,
Karro sangat pemurung dan tak mau makan sejak dibawa ke pusat rehabilitasi satwa.
Namun perhatian Moly yang tulus ternyata menyentuh Karro dan membuatnya kembali
menemukan semangat hidup. Sayangnya, Moly dan Karro harus berpisah saat liburan
Moly selesai.
Terdapat
dua cerita yang berjalan selang-seling dalam novel itu. Tapi tak perlu khawatir,
hal tersebut tak akan membuat pembaca bingung karena justru memberi daya pikat
tersendiri karena dua cerita tersebut memiliki keterkaitan. Bedanya salah satu
cerita tersebut adalah fabel, cerita tentang binatang. Cerita ini mengambil
sudut pandang orang utan dalam menjabarkan kondisi kehidupan mereka di hutan
yang kian hari semakin rusak dan berkurang, serta nasib mereka yang kian
terancam. Sudut pandang ini semakin memperkuat karakter Karro, yang bernama
asli Ping ini (nama sebelum dia berpisah dengan keluarganya).
Novel
ini memiliki penggambaran karakter yang baik serta jalinan cerita yang
sederhana. Karakter-karakter tersebut jika lebih dicermati dengan seksama bisa
menganalogikan kondisi kepedulian warga Indonesia dan warga asing pada orang
utan. Sebut saja, Moly sebagai gadis pecinta binatang yang dicap aneh oleh
orang awam macam Archie. Di kehidupan nyata, hal ini bukan tidak mungkin
terjadi. Seberapa banyak sih orang yang mau membantu melestarikan satwa dan
lingkungan hidup di Indonesia? Bahkan kebanyakan organisasi pelestarian satwa hanya
koar-koar di media massa, menyalahkan pemerintah dan mengadakan perkumpulan
diskusi tapi tak pernah terjun langsung ke lapangan. Padahal bukankah hal
tersebut adalah tanggung jawab bersama, baik warga sipil mau pun pemerintah.
Belum
lagi karakter Nick dan Andrea, mahasiswa akselerasi asal Inggris yang sangat
peduli pada keadaan alam di Indonesia. Mereka bahkan menyumbangkan banyak dana
untuk penyelamatan orang utan. Bahkan Andrea memutuskan untuk jadi orang tua asuh
bagi seekor orang utan. Menilik kenyataan sekarang ini, bukankah justru malah
warga asing yang lebih peduli pada kekayaan alam Indonesia, dan terjun langsung
untuk melestarikannya?
Sedangkan
karakter Archie ini bisa dibilang sebagai karakter penentang semua karakter di
atas. Sebagai putra penguasa kelapa sawit yang kaya raya, Archie memiliki
kebanggaan pada ayahnya yang memperluas lahan kelapa sawit dengan menghanguskan
hutan-hutan. Ideologi kapitalis mulai terbentuk dalam diri Archie sehingga
membuatnya kurang suka dengan perjuangan Moly dalam menyelamatkan orang utan.
Hal tersebut bisa mengancam perluasan lahan kelapa sawit untuk dijadikan hutan
lindung.
Semua
karakter dalam novel ini memperlihatkan sindiran dengan halus sekaligus
mengena. Semua disajikan secara pas, namun memiliki pesan yang sangat kuat. Sebagai
karya sastra, novel ini tidak terjebak dalam kisah cinta remaja yang stensil.
Justru novel ini menghadirkan banyak wawasan penting sehingga menjadi alternatif
wacana baru bagi khazanah sastra Indonesia. Apalagi akhir cerita (ending) novel ini sangat lembut, tapi justru sangat realistis, bukan
fantastis. Cocok sekali untuk dibaca oleh berbagai kalangan usia.
Dengan
padatnya pesan dan informasi yang disampaikan, novel ini kurang memberi rasa dan
emosi pada ketegangan konflik pada kisah Moly, kisah yang juga menjadi dasar
pembangun cerita. Penggarapan emosi ditakar sangat pas, sehingga beberapa
adegan terkesan buru-buru. Diksi yang terlalu padat juga kerap membosankan. Mungkin
hal itu karena novel ini ditulis oleh dua pengarang yang memiliki gaya
kepenulisan yang berbeda. Apalagi, dalam penggarapan novel ini, mereka tak
pernah bertatap muka langsung dan hanya terhubung lewat dunia maya. Namun semua
kelemahan itu tertutupi sempurna dengan kekokohan karakter, setting dan pesan yang utuh. Mengingat
pentingnya pesan tersebut bagi remaja Indonesia saat ini, sangat pantas dan
apresiasi besar untuk terpilihnya novel ini sebagai Juara 1 Lomba Novel Bentang
Belia 30 Hari 30 Buku. Sekali lagi! Marilah, kita lebih peduli lagi pada Ping
(orang utan), bukan hanya setia pada Ping!
(nada chatting smartphone).
dimuat Komunikasi Edisi 284 No. 35 Januari - Februari 2013.
Bagus... Makasih, ya..
ReplyDeleteSama-sama. Silahkan baca tulisanku yang lain. Perkenalkan buku baruku, "COWOKKU VEGETARIMOOD" - Fahrul Khakim. Cerita tentang kesabaran & cinta. http://andipublisher.com/produk-0313004671-cowokku-vegetarimood.html Segera dapatkan di toko buku Togamas & Gramedia terdekat. Trims :)
ReplyDeletelink downloadnya ada nggak?
ReplyDeletelagi butuh nih..
Klik aja: http://andipublisher.com/produk-0313004671-cowokku-vegetarimood.html
ReplyDeletePesan online itu lebih murah kok. Baca bukuku ya? Makasih
Makasih ya review nya :-)
ReplyDeleteSama-sama, Mbak. Salam kenal
ReplyDeletecara ngopinya g mana... lgi btuh nich
ReplyDeleteMohon maaf, ini memang cuma untuk dibaca di blog saya.
ReplyDeletetolong dong bisa di copy buat tugas besok please
ReplyDeleteThankyou Kak!!!! kece
ReplyDeleteSama-sama. :)
ReplyDeletekak plis mau copy buat tugas bahasa besok
ReplyDeleteNo copas. Jangan suka nyontek! Baca aja
ReplyDeleteBerminat untuk membeli buku ini.
ReplyDeleteDimana saya bisa mendapatkannya Pak?
Bang bisa buat cerita panjang kagak dan paragraf nya 2
ReplyDeleteAda mau buat ceeita lagu
ReplyDeleteBang ada minat gak mau buat cerita paaaanjang banget hehehe bacoooooot
Delete