Dikejar 'Buaya' sampai ke Glodok
20 Maret 2018
Mengenang Peristiwa Kelam Lubang Buaya |
Setelah berhenti di Sumedang pada dini hari,
kami akhirnya sampai di Masjid At-Tien, TMII. Jalanan tol Bekasi sempat macet.
Kami mandi dan sarapan di area masjid yang dibangun
sebagai persembahan cinta Pak Harto kepada istrinya, Bu Tien. Setelah
sarapan, aku sempat mengajak beberapa mahasiswa untuk main uno sampai dua
ronde. Perjalanan berikutnya menuju Gedung Anri yang baru di JalanAmpera Raya.
Sky Lounge Hotel Fave - Glodok |
Gedung ANRI cukup modern dan luas. Seperti
perpustakaan dengan banyak kantor. Di dekat lobi, dibangun museum kecil yang
memamerkan diorama memori kolektif bangsa Indonesia sejak masa kuno sampai
kontemporer. Aku meminta stempel dan tandatangan untuk SPPD pertama di sini.
Perjalanan berikutnya menuju Monumen Lubang Buaya di Jakarta Timur juga.
Monumen yang dibangun untuk melegalkan kekuasaan Soeharto dengan memerangi
komunis. Aku sudah tiga kali menhunjungi
situs berdarah ini. Dulu aku sempat ketakutan karena aku masih kelas satu SD ketika pertama ke
sini. Aku terbayang kejinya kelakuan PKI terhadap para prajurit dan aparat bangsa membuat mata kanak-kanakku sulit tidur.
Kepalaku agak pusing karena flu. Kami sampai di hotel jam setengah lima. Aku
segera mandi dengan air hangat lalu makan nasi kotak sambil menonton American
Idol. Sehabis isya, Mas wahyu mengajakku reuni dengan Rendra dan Rendy. Setelah menyeberang jalan dari Mal Glodok, kami
menyusuri ruko-ruko di Glodok untuk mencari tempat ngopi yang cocok. Kami
akhirnya ngopi di sebelah warung kopi Acek Legend di dekat pertigaan Kerayaan
Baru. Aku pulang duluan karena kepalaku pusing. Flu ini menyebalkan.
Kedai Teh Tarik di Glodok |
Comments
Post a Comment