Inovasi Kreatif bikin Film Media Pembelajaran Sejarah
Oleh: Moch. Nurfahrul Lukmanul
Khakim, M.Pd
(Dosen Sejarah, Universitas Negeri
Malang)
Kondisi historiografi (penulisan
Sejarah) di Indonesia masih kurang menarik, karena kebanyakan historiografi berbentuk
artikel, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan buku. Hisotoriografi model
seperti ini masih berada di ‘ruang pasif’ atau sedikit peminat. Jadi hasil
pengkajian sejarah harus dibuat lebih menarik, agar berada di ruang aktif.
Pengkajian sejarah yang menarik akan membuat masyarakat lebih melek sejarah.
Workshop Media Pembelajaran ‘Mengemas Pembelajaran Sejarah Inovatif dengan
Media Film’ diselenggarakan oleh Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Malang. Acara yang diikuti puluhan mahasiswa sejarah ini
dilaksakanan pada Sabtu, 9 September 2017 di Aula Ki Hadjar Dewantara, UM.
Aan Rahmanto, Pembuat Film ‘Jogja
Kembali’, selaku pemateri acara ini mengungkapkan kondisi perfilman Sejarah di
Indonesia baik film fokumenter maupun film fiksi masih belum digarap maksimal.
Para lulusan jurusan sejarah masih sedikit yang terlibit langsung dalam
penggarapannya baik berupa tim riset atau bahkan sutradara. Pemateri pernah
terlibat dalam tim riset pada pembuatan film dokumenter tapi hanya diberi waktu
seminggu untuk mempersiapkan produksi. Pemateri yang tengah mengenyam S2
Jurusan Sejarah UGM ini juga memaparkan peluang sejarah dalam industri
perfilman Indonesia.
bareng para pemateri |
Jenis-jenis film dokumenter antara
lain: expository, observational,
interactive, reflective, dan poetic.
Jenis film dokumenter expository
paling sering digunakan pada umumnya karena menggunakan narator utama sebagai
pencerita yang mengurai benang merah isi film. Persiapan penting sebelum mulai
membuat film yang harus dilakukan oleh calon sineas adalah menentukan jenis
film yang akan dibuat, memilih pengemasan film, dan menetapkan tujuan dan
sasaran film. Ketiga langkah itu penting untuk memperkuat minat dan motivasi
sineas agar tetap semangat dalam membuat film. Langkah-langkah penting dalam membuat
film antara lain; menentukan ide, melakukan riset, membuat sinopsis, menyusun skenario
I, menulis skenario II, menyusun RAB (rancangan anggaran biaya), dan VO (voice
over /dialog).
para peserta yang antusias |
Ahmad Mushonif S. A. Rouf, Praktisi
Film Yogyakarta, memberi pengarahan langsung pada enam puluh mahasiswa sejarah mengenai
praktek pembuatan film. Rouf, selaku pemateri kedua, memaparkan dua hal penting
dalam teknik dasar sinematografi agar film jadi lebih menarik antara lain; framming (pembatasan adegan film) dan angle (sudut gambar pengambilan gambar).
Rouf menyarankan menggunakan aplikasi editing video seperti Quik dan VivaVideo
di Playstore untuk para pemula. Aplikasi tersebut lebih sederhana dan mudah
diaplikasikan oleh mahasiswa asal bidikan kamera tetap fokus dan mampu memilih
pengambilan angle yang tepat dan
komposisi framming yang jelas. Para
peserta antusias mempraktekkan ilmu dari workshop dengan membuat video singkat.
Para calon guru dan ilmuan sejarah ini berharap pembelajaran sejarah dapat
lebih mengesankan agar nilai-nilai penting dari masa lalu bisa disampaikan
dengan efektif dan inovatif.
Comments
Post a Comment