Rahasia Nasi Jinggo Sigura-gura

Oleh: Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim, M.Pd
(Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang)

            Nasi Jinggo umumnya dijual di Bali, tapi nasi jinggo Sigura-gura ini punya rasa yang boleh diadu. Nasi jinggo memang bukan makanan mewah, tapi makanan merakyat yang murah tapi komplit. Penggemar nasi jingo berasal dari berbagai kalangan, usia dan status. Kini nasi jingo juga hadir di Malang dengan kemasan yang sama persis dengan nasi jingo yang populer di Bali. Bedanya, Tapi Nasi Jinggo Sigura-gura ini hanya dijual untuk sarapan pagi.
Nasi Jinggo Sigura-gura - dok. pribadi

            Bagi sebagian orang, rutinitas pagi yang penting. Ada yang merasa tidak lengkap memulai hari tanpa sarapan. Manfaat sarapan sendiri cukup banyak yaitu menambah energi tubuh. Nasi Jinggo Sigura-gura menawarkan menu sarapan yang sederhana dengan lauk empat sehat yang nikmat. Harga yang terjangkau yaitu Rp5000/porsi membuat kuliner ini jadi sasaran para mahasiswa. Nasi Jinggo ini dijual di lapak sederhana depan kampus ITN, Jalan Sigura-gura.
            Kombinasi lauk Nasi Jinggo Sigura-gura tidak ada bedanya dengan Nasi Jinggo dari Bali yaitu terdiri dari sambal bajak, ayam suwir, dadar suwir, dan mi goreng. Sambal ayam suwir ini juga berbumbu jadi cocok dimakan dengan nasi. Sambal bajak yang pedas menawarkan sensasi panas yang cocok dengan tekstur mi goreng dan dadar suwir yang gurih. Daun pisang yang digunakan untuk membungkus makanan ini menambah sedapnya sarapan dengan nasi jinggo.
            Porsi nasi jingo yang mirip nasi kucing yaitu cuma segenggam tangan saja. Satu porsi cuma cukup untuk mengganjal perut jadi beberapa pelanggan juga membeli beberapa bungkus untuk mengeyangkan perut. Nasi Jinggo ini juga tidak mudah basi, bisa tahan sampai lima jam. Jadi bisa juga dijadikan bekal kerja atau kuliah untuk makan siang. Persebaran Nasi Jinggo yang juga popular di Malang menandakan penerimaan budaya kuliner yang beragam. Hal ini menunjukkan bahwa kuliner juga bisa menghapus perbedaan suku, ras, dan agama. Kuliner mampu menjembatani toleransi antar golongan dengan cara yang unik dan harmonis.


dimuat koran Surya: Sabtu, 2 September 2017

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan

Mengenal Data Tekstual