Berhenti Mengabaikan Pergaulan Anak

Oleh: M. Nurfahrul L. K.
(Mahasiswa Universitas Negeri Malang)

            Derasnya arus globalisasi dan semakin terbukanya keran informasi, memudahkan siapa saja, termasuk kalangan remaja, untuk mencari tahu apa saja. Kedua hal itu memiliki dampak serupa dua mata pisau, membawa kebaikan jika digunakan dengan benar tetapi juga bisa berakibat buruk jika dipakai oknum tak bertanggungjawab. Saya prihatin saat membaca status dokter sahabat keluarga di sebuah media sosial yang menceritakan akibat pergaulan bebas. Seorang anak perempuan berusia 16 tahun malu berobat saat terkena penyakit menular seksual karena terjerumus pergaulan bebas. Bibi saya yang juga guru di sebuah sekolah swasta berbasis agama juga sedih karena setiap dua bulan selalu ada kasus siswi hamil di luar nikah dan terpaksa dikeluarkan. Belum lagi remaja laki-laki yang terjerat kasus narkoba dan pencurian padahal anak itu berasal dari keluarga berada.

            Perilaku anak remaja, baik maupun buruk, sebenarnya kembali lagi pada lingkungan dan didikan keluarga. Seringkali orang tua menyerahkan semua pendidikan umum dan pembentukan akhlak pada guru. Bahkan ada orang tua yang berprinsip asal punya banyak uang, urusan anak pasti beres. Perlu diingat, guru punya kemampuan terbatas dan tak bisa menggantikan peran secara utuh. Orang tua lah kompas yang lebih berhak mengarahkan dan membimbing putra-putri mereka ke masa depan yang lebih baik. Jangan sampai anak terjerumus ke lembah penyesalan karena salah pergaulan. Ada baiknya orang tua lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak dengan kegiatan yang berkualitas: semisal pergi jalan-jalan bersama atau sekedar membuat masakan istimewa untuk menyenangkan keluarga. Makan bersama ialah salah satu kegiatan penting yang sebaiknya rutin dilakukan. Anak-anak bagaimana pun juga tetap manusia yang masih belum dewasa sepenuhnya. Orang tua harus mendidiknya sesuai dengan tahap umur mereka. Arahkan anak-anak untuk menemukan bakat atau minat mereka. Jangan ragu untuk mendorong anak-anak bergabung klub bakat atau les yang dapat mengasah bakat mereka. Tidak semua klub atau les itu mahal, bahkan tak jarang pula yang gratis. Alangkah lebih baik jika anak-anak bergaul dan mengisi masa muda mereka dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

dimuat koran Surya: Jum’at, 07 Agustus 2015

            

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan

Mengenal Data Tekstual