Saat Santri Tak Cuma Ngaji

Oleh: M. Nurfahrul Lukmanul Khakim, S.Pd
(Guru SMK An-Nur Bululawang & Mahasiswa S2 UM)

Akhirnya bisa foto sama Miss Tri
            Sudah tak zamannya lagi, santri cuma belajar mengaji. Tiba saatnya santri juga harus pandai menulis, terutama menulis sesuatu yang bermanfaat bagi sesama. Hal ini sudah dipraktekkan langsung oleh para santri sekaligus siswi SMK An Nur Bululawang Malang. Setiap minggu mereka menulis dalam kegiatan sabtu ceria.
Saat dimuat di koran Surya, 16 Desember 2014

            Sekitar 60 siswi SMK An-Nur Bululawang Malang mulai dipicu penasaran ketika mereka kedatangan tamu istimewa. Setiap sabtu, SMK An-Nur Bululawang Malang bebas dari jam pelajaran formal dan diganti dengan program sabtu ceria. Program ini berisi kegiatan ekstrakulikuler yang sangat berguna untuk memunculkan bakat nonakademik siswa. Salah satu ekstrakulikuler untuk para siswi adalah jurnalistik. Setiap sabtu, para siswi dibimbing menulis berbagai genre oleh guru sekaligus salah satu penulis di Malang. Kali ini, mereka kedatangan wartawan profesional dari Surya yaitu Miss Tri Hatma Ningsih.
Miss Tri memberikan doorprise pada santri aktif
            Miss Tri, sapaan akrab Tri Hatma Ningsih, menyapa pertemuan tersebut dengan mengingat kembali konsep dasar 5W+1H. Miss Tri menggunakan konsep mengunggah status facebook sebagai contoh sederhana kerja wartawan. Para siswi langsung antusias karena diajak berpikir dengan hal-hal yang mereka sukai. Tak lama kemudian, mereka langsung paham mengenai konsep dasar menulis berita ala citizen reporter.
Selamat menikmati doorpise, jangan lupa menulis!
            Saat ini menulis juga tak dibatasi usia. Miss Tri menunjukkan contoh bahwa para pelajar mulai dari SMP sampai SMA sudah mulai berani unjuk gigi. Tulisan mereka juga bagus dan menghiasi rubrik citizen reporter.  Hal ini menunjukkan bahwa tulisan citizen reporter selalu renyah dan menarik untuk semua golongan dan usia.
Para murid aktif belajar jurnalistik
            “Apakah ada batasan dalam menulis?” Fatimah, salah seorang siswa, bertanya karena selama ini dia merasa terbatas dan takut dalam menulis berbagai tema. Dengan gaya yang kalem, Miss Tri menerangkan bahwa dalam menulis tak ada batasannya. Ide itu luas dan bisa berasal dari mana saja. Kita jangan takut menulis apa saja asal kita menulis sesuatu yang bermanfaat bagi sesama. Menulis yang berguna pasti akan banyak dibaca, dapat pahala, serta mendatangkan berbagai manfaat lainnya.
Para santri dan Miss Tri serta aku nyempil sendiri :D
            Selama dua jam berikutnya, para siswi asyik berdiskusi langsung dengan Miss Tri. Mereka mengadu masalah apa saja yang mereka belum paham mengenai dunia kepenulisan. Tak ada sekat antara siswa dan wartawan dalam belajar dan bertukar ilmu serta pengalaman. Saya pikir inilah cara belajar yang terbaik seperti yang dicontohkan para filsuf Yunani. Belajar langsung dari para ahlinya sehingga siswi mendapatkan pengalaman belajar yang luar biasa dan berkesan. Inilah hal yang penting dalam pembelajaran yaitu siswa tak hanya mendapat ilmu, tapi juga pengalaman bermakna sebagai bekal di masa depan kelak.

Comments

Popular posts from this blog

Monolog Waktu

Jangan Buang Putung Rokok Sembarangan

Mengenal Data Tekstual