Berbisnis Potensi Lokal
Nasi Jagung Khas Mojokerto |
“Penguasaha lokal saat mampu menguasai 50 % pasar itu
dalam negeri saja itu sudah bagus,” begitulah pesan Bapak Mustofa, dosen
Geografi UM dalam memberikan wokrshop memasuki dunia kerja bagi fresh graduate FIS UM pada 26 Agustus
2014. Indonesia membutuhkan 6 juta wirausahawan untuk membangun Indonesia lebih
maju. Sayangnya, 6,99 % dari toal 8,96 juta pengangguran kerja Indonesia adalah
sarjana. Momok ini harus diantisipasi dengan memberikan pelayanan dan pelatihan
kerja yang tepat dengan memanfaatkan potensi lokal Indonesia yang kaya dalam
membekali para sarjana baru untuk mulai berbisnis mandiri.
Indonesia menyediakan berbagai potensi lokal baik alam
maupun kearfifan lokal yang bisa diperdayakan secara maksimal dan bijaksana.
Jangan sampai potensi lokal tersebut rusak jika tidak dimanfaatkan dengan
hati-hati. Para calon wirausahawan perlu memiliki karakter “pilar” agar dapat
berkembang jadi pengusaha yang sukses.
“Pilar” adalah akronim dari: “P” pintar yaitu tenaga yang
kepintarannya bisa diandalkan, I “inisiatif” yaitu tenaga-tenaga yang dapat
menerapkan inisiatifnya secara nyata. “L” lugas yaitu tenaga yang berperingai lugas,
jujur, dan penuh tanggung jawab. “A” antisipatif yaitu tenaga-tenaga yang
mempunyai kepekaan terhadap perkembangan lingkungan hidup atau profesional
dalam bekerja; “R” rasional yaitu tenaga-tenaga yang pola berpikirnya rasional,
dan berjiwa wirausaha.
Seringkali para sarjana baru ini ragu untuk memulai
berbisnis karena takut gagal dan tidak punya modal. Bapak Eko Budi Susilo,
selaku pakar ankuntan dan HR Consultant, menanggapi hal itu dengan mengajak
para mahasiswa untuk membangun life skill
dengan cara: mengenal diri sendiri, berpikir rasional, kecakapan sosial,
kecapakan akademis, dan kecakapan kejuruan. Tentukan visi secara nyata dalam
hidup karena tahu arah saja belum cukup untuk sampai tujuan.
Distro Alexer di Malang |
Modal memang penting, tetapi niat yang teguh dan kerja
keras adalah yang paling utama. Sekarang ini sudah banyak bank yang bersedia
memberikan pinjaman modal sesuai kemampuan. Nabi Muhammad SAW selalu
mengajarkan umatnya untuk tabi’in atau mandiri. Bahkan dari 100 % orang kaya,
74 % adalah pebisnis / wirausahawan.
Selama ini proses
pendidikan di Indonesia membuat anak telat 10 tahun belajar mandiri berbisnis. Hal
itu masih bisa diperbaiki dengan menyiapkan SDM para sarjana yang mumpuni
dengan cara antara lain: menguasai pengetahuan perihal apa yang semestinya
dikerjakan, mampu berpikir dan bertindak dengan kreatif dan mandiri, dapat
bekerja secara tim, memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman “budaya kerja”
serta produktifitas kerja, menguasai dan mampu mengoptimalkan science skill,
serta terampil menggunakan alat bantu kerja. Sekitar seratus peserta workshop
mendapatkan kepercayaan diri untuk membangun bisnis berbasis kearifan lokal,
bahkan ada yang sudah membuka outlet
/ toko baju busaha muslim di Malang raya.
Comments
Post a Comment