Dari Demak menuju Semarang
19
Maret 2018
Kami molor sejam dari jadwal yang telah
ditentukan. Salah satu bis datang terlambat. Satu-satunya bus dengan fasilitas
toilet dalam rombongan ini. Aku terharu mendapatkan jaket dari Offering
CC—kelas yang kubina dalam mata kuliah KKL ini. Galuh juga mempersiapkan absen
dan jadwal dengan baik dan tertib. Nohan mabuk sepanjang perjalanan hari
pertama. Dia muntah berkali-kali sampai lemah. Aku menyumbang lagu dangdut
‘Sayang’ dengan suara sumbangku. Lagu dalam bus ini cukup bervariasi. Kiky,
Duta Kampus UM 2016, duduk di sebelahku di depan karena dia juga gampang mabuk.
Aku tak bisa tidur siang karena sesak. Kakiku tak bisa selonjoran.
Pukul tiga sore, kami sampai di Masjid Agung
Demak. Kami berkeliling sampai ke mulai dari situs padasan sampai makam
Kesultanan Demak. WaĆisan empat sunan ini ramai dikunjungi peziarah dari
berbagai penjuru. Aku kembali ke parkiran bus menaiki becak dengan Zia. Sehabis
maghrib, kami sampai di Gedung Lawang Sewu. Kali kedua aku ke sini, rasanya
lebih mistis dan romantis. Banyak wisatawan dari berbagai daerah. Kami tidak
diizinkan menyusuri area basement yang terkenal angker karena konon bekas
penjara dan penyiksaan tawanan pada masa kolonial Jepang.
Aku menyempatkan diri menggosok gigi di
toilet sambil kencing. Toilet memang diletakkan terrpisah dari gedung untuk
menghindari bau tidak sedap. Bangunan toilet cukup megah dengan langit-langit
yang tinggi. Aku sempat paranoid jadi segera keluar dari area toilet.
Perjalanan berikutnya cukup berat karena aku hampir tidak bisa tidur nyenyak.
Kakiku kaku.
Comments
Post a Comment