Krisis Penerangan Jalan Desa
Oleh: M. Nurfahrul L.
K.
(Mahasiswa Universitas
Negeri Malang)
Desa memang berbeda dengan
perkotaan, tetapi bukan berarti desa tidak membutuhkan penerangan. Pernahkan
anda pergi ke sebuah desa yang setiap sudut belokan sekali tidak ada
penerangan? Bayangkan bagaimana rasanya saat kendaraan anda mogok di jalan desa
tersebut dan semuanya gelap? Tentu saja perjalanan kita jadi terganggu karena
harus tertatih-tatih berjalan di jalan yang gelap. Belum lagi kondisi jalanan
desa tidak semuanya beraspal mulus. Jalanan desa seringkali berbatu dan
pecah-pecah. Sehingga sangat berbahaya jika kita berjalan saat tidak ada
penerangan sama sekali. Ban kendaraan bisa terpeleset ringan sampai parah,
bahkan bisa menimbulkan kecelakaan.
Saya kerap bepergian di beberapa
desa di Malang untuk bakti sosial. Saya merasakan sendiri akses sulit untuk
berkendara di malam hari karena kondisi jalanan yang gelap gulita dan jalanan
yang rusak. Kondisi yang sama juga saya alami saat berada di desa kelahiran saya
di Tuban. Kondisi jalanan desa yang gelap seperti ini seringkali dimanfaatkan
oleh begal untuk melakukan tindak kriminal. Kasus perampokan dan tindak
kriminal lainnya di malam hari lazim terjadi di tengah kegelapan jalanan desa.
Namun masyarakat desa seringkali membiarkan jalanan desa tetap gelap. Mereka
berpikir itu semua tugas pemerintah untuk menerangi jalanan desa, tetapi
bagaimana pun juga masyarakat desa juga harus mengusahakan penerangannya
sendiri. Penerangan jalan desa bisa dirancang dengan peletakan tiang lampu secara
teratur, terutama di sudut belokan dan pintu masuk jalan utama menuju desa.
dimuat Koran Surya:
Selasa, 11 Agustus 2015
Comments
Post a Comment