Edukasi Dini Gempa Bumi
Oleh: M. Nurfahrul L. K.
(Mahasiswa Universitas Negeri
Malang)
Kemarin minggu ketika gempa bumi
melanda Malang dan sekitarnya, saya sedang berlibur di rumah nenek. Saya sedang
bersantai di depan TV ketika gempa terjadi. Saya sempat terkejut ketika
merasakan jendela dan lemari di rumah tiba-tiba berderak-derak. Saya yang kaget
langsung menyadari bahwa itu gempa bumi. Saya segera berlari ke dapur untuk
memperingatkan nenek. Saya berteriak bahwa ada gempa tetapi nenek saya berjalan
dengan santai menuju keluar rumah. Ketika gempa selesai, beliau mengira
penyakit darah rendahnya kambuh sehingga pandangannya bergoyang-goyang. Barulah
beliau yakin setelah saya jelaskan itu gempa bumi.
Situasi kemudian berjalan normal.
Gempa yang kami rasakan di Malang ini seolah keberlanjutan dari gempa di Cimahi
yang terjadi tempo hari sebelumnya. Saya khawatir masih ada gempa susulan. Saya
pikir mulai saat ini edukasi serta pengenalan mitigasi bencana harus digalakkan
lagi di masyarakat. Apalagi Indonesia secara geografis terletak di daerah rawan
gempa karena pertemuan lempeng Australia dan Asia. Masyarakat harus selalu
waspada dan memperbaharui informasi mengenai gempa bumi demi menjaga keamanan
dan keselamatan bersama. Apalagi bencana gempa bumi tidak bisa diprediksi
secara pasti.
dimuat Koran Surya: Rabu, 28 Juli 2015
Mitigasi? Mengurangi? Meredakan? @_@ *ap bisa manusia mengurangi gempa? *ciyus nanya konteks "mitigasi" nih...
ReplyDeleteUh, disaster awareness-ku juga kurang .__. Termakan sugesti kalau Malang kota pasti akan baik2 aja (kalaupun ada gempa biasanya yg kena parah itu Malang Selatan)
...uh...
Maksudnya mengurangi korban dan kepanikan. Ya, disaster awareness-nya kurang. Makanya perlu ditingkatkan :)
ReplyDelete