Ketika Sastra Menggugat Kolonial Belanda
Judul :
Semua untuk Hindia
Penulis :
Iksaka Banu
Penerbit :
KPG
Tahun Terbit :
Mei 2014
Tebal :
168 halaman
Herder, ahli Sejarah, mengungkapkan
sejarah ialah proses menuju tercapainya kemanusiaan (menshheit) yang tertinggi. Karya sastra yang terangkum dalam buku
kumpulan cerpen ini berusaha mengaitkan sejarah kolonial Belanda di Indonesia
dari sisi kemanusiaan. Suatu karya kreatif karena berhasil mengangkat sisi lain
di balik mitos kelamnya 350 tahun
penjajahan Belanda di Indonesia. Buku
ini berisi 13 cerita pendek tentang
kolonialisasi Belanda di Indonesia. Sebagian besar cerita tentang pengkhianatan
Belanda pada pribumi atau Pribumi pada Belanda atau begitu sebaliknya. Cerpen Semua untuk Hindia menunjukkan pembantaian
Belanda di Bali yang dipadu dengan nuansa adat yang kental. Bagian seperti ini
jarang diangkat dalam karya sejarah ilmiah di Indonesia.
Nuansa
ketegangan dibangun melalui perilaku para tokoh utama yang selalu berujung pada
jalan dilematis. Terlihat jelas pada cerpen pembuka berjudul Selamat Tinggal Hinda. Martin, seorang
wartawan Belanda, hendak membujuk Geertje, perempuan Belanda, untuk kembali ke
kamp Belanda pada masa pendudukan Jepang. Geertje menolak dan memilih
bersembunyi di rumahnya di Gunung Sahari. Martin terpaksa meninggalkannya
karena situasi saat itu sungguh berbahaya bagi orang Eropa, karena mereka
menjadi sasaran pembantaian pribumi dan Jepang. Beberapa bulan kemudian, ketika
Martin kembali untuk meliput di Gunung Sahari. Dia mendapati kenyataan mengejutkan
bahwa Geertje ternyata dalang di balik semua gerakan bahwa tanah mendukung
kemerdekaan Indonesia.
Kumpulan cerpen Semua untuk Hindia didasarkan pada
sumber sejarah dan lukisan sejarah yang sezaman membuat karya sastra sejarah ini layak dijadikan bacaan alternatif untuk
mengenal sisi lain kolonial Belanda di Indonesia. Pemilihan diksi yang
tepat menjadi senjata utama dalam membuat karya sastra sejarah yang berkualitas
sehingga tidak hanya memaparkan data yang membosankan. Gambar ilustrasi pada setiap cerita turut memperkuat
atmosfer realitas sejarah dalam karya sastra ini. Sayangnya, kehadiran beragam
tokoh dalam setiap cerita mungkin akan membuat pembaca bingung namun hal ini
dapat disiasati penulis dengan gaya bercerita yang sederhana dan apa adanya.
Kehadiran buku ini diharapkan bisa memberikan refleksi
dan pandangan baru mengenai sejarah Indonesia.
Versi koran Surya, 18 Maret 2015: http://surabaya.tribunnews.com/2015/03/17/luka-sejarah-dalam-sastra
Comments
Post a Comment