Hati-hati Memilih LKS untuk Sekolah
Oleh: M. Nurfahrul Lukmanul K.
(Mahasiswa Universitas Negeri Malang)
Saat ini banyak penerbit baik yang sudah tenar maupun yang masih muda berlomba-lomba menawarkan LKS (Lembar Kerja Siswa) di berbagai sekolah. Apalagi bulan-bulan ini masih dalam suasana awal tahun ajaran baru. Para penerbit LKS tersebut menawarkan berbagai promosi demi menunjukkan keunggulan produk LKS masing-masing. Sayang, tidak semua LKS tersebut layak secara kualitas. Jika tidak jeli memilih, bisa jadi LKS tersebut yang seharusnya membantu siswa belajar justru menjadi bumerang bagi guru.
Pengalaman berharga ini saya dapat ketika praktek mengajar di salah satu sekolah menengah atas favorit di Malang. Selesai saya menerangkan pelajaran sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya, ada siswa yang mendebat saya karena apa yang dia baca di LKS berbeda dengan yang saya ajarkan. Siswa tersebut lebih percaya pada informasi yang disampaikan dalam LKS bahwa Kerajaan Sriwijaya itu berpusat di Jawa. Padahal selama kuliah sejarah, saya sudah membaca buku penelitian kerajaan sriwijaya disertai penjelasan dari dosen bahwa letak ibukota kerajaan tersebut terletak di Sumatera berdasarkan temuan arkeologis. Kami sempat berdebat lama. Saya mendiskusikannya dengan guru pamong sejarah sekolah tersebut. Beliau juga mendukung penjelasan saya dan prihatin dengan materi yang salah dalam LKS tersebut.
Ternyata siswa-siswa tersebut lebih mudah percaya dengan LKS daripada penjelasan gurunya. Selama ini siswa menganggap bahwa LKS adalah kitab utama dalam belajar, bukan sebagai media bantu belajar. Padahal masih banyak referensi dan media belajar lain yang bisa digunakan siswa. Sebenarnya menelaah dan memilih dengan seksama LKS yang kredibel tentu akan lebih baik dilakukan oleh guru sebelum LKS tersebut disebarkan pada siswa. Agar bumerang keliru tidak menyudutkan pemahaman guru dan siswa.
dimuat koran Surya: Jum’at, 21 Agustus 2015
Comments
Post a Comment