Mendaki Kawah Ijen sampai Kemiren
16 Januari 2018
Kami
berangkat rekreasi ke Banyuwangi pukul delapan malam dengan tiga elf putih. Destinasi
pertama adalah Kawah Gunung Ijen. Setelah salat subuh, kami mendaki Gunung
Ijen. Kami tidak memburu matahari terbit karena kami baru berangkat saat sinar
matahari mulai mengintip langit. Berbekal sarapan roti dan sebotol air mineral,
kami mendaki bersama-sama.
Ini
pertama kalinya aku mendaki gunung populer ini. Kami mesti istirahat
berkali-kali. Sepanjang perjalanan mendaki, kami diikuti dan ditawari para ojek
gerobak. Tarifnya mahal, mulai Rp100000. Tergantung jarak dan medan yang
ditempuh.
Kami
sampai puncak sekitar pukul tujuh pagi. Kami tidak bisa melihat api biru dengan
jelas tapi pemandangan danau kawah belerang berwarna hijau itu sangat memukau.
Beberapa pekerja mengangkat hasil tambang belerang. Bebatuan sulfur warna
kuning itu dijual murah untuk oleh-oleh tapi aku tidak tertarik beli.
Destinasi
berikutnya adalah Kali Mati, sekitar tiga kilometer dari Pos Jaga Gunung Ijen. Sungai
kecil ini terletak di dalam hutan dekat jalan raya. Alirannya melewati bebatuan
yang curam. Warna airnya seperti kencing. Perih saat digunakan untuk membasuh
muka karena tercampur belerang dan zat asam.
Kami
kelaparan jadi tak sabar makan pecel pitik (pecel ayam) di Desa Kemiren. Selain
terkenal dengan santetnya, desa ini terkenal dengan kuliner pecel petek, sayur
asem ayam kampung, sambel tempong dan minuman kunir asem. Sesampai kami di
sana, pecel pitik sudah habis jadi kami makan dengan sayur asem ayam kampung.
Comments
Post a Comment