Menyayangi Alam lewat Sejarah Lingkungan
Oleh: Moch.
Nurfahrul Lukmanul Khakim, S.Pd., M.Pd
(Dosen Jurusan
Sejarah, Universitas Negeri Malang)
Kecantikan manusia dalam sejarah seperti Cleopatra dan Ken Dedes sudah terlalu sering dibahas dalam arus sejarah dunia mau pun Indonesia. Dalam segi industri, baju dan kosmetik menjadi tren fashion yang mampu membuat manusia menjadi lebih rupawan dari zaman ke zaman. Lantas apakah kecantikan hanya dimiliki oleh manusia? Alam juga menyimpan kecantikan yang seringkali tersingkir dan terancam oleh aktivitas manusia. Jadi apakah kita sebagai manusia sudah tidak adil pada alam?
Perusakan
lingkungan yang kerap terjadi di Indonesia menjadi motivasi utama dalam
mengadakan Kuliah Umum bertema ‘Sejarah Lingkungan sebagai Historiografi
Alternatif’ oleh Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D. Acara ini digelar oleh Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang pada Kamis, 2 November
2017 untuk memberikan wacana baru pada para akademisi sejarah dalam memahami
perubahan fisik lingkungan dan ekosistem dari sudut pandang sejarah.
dimuat Koran Surya |
Dibandingkan
spesialisasi sejarah lain seperti Ekonomi dan Sosial, Sejarah Lingkungan masih
sangat jarang dikaji dan tersingkir. Manusia sebagai agen/penggerak perubahan
lingkungan mulai dari tingkat sederhana sampai ekstrim. Beragam aktivitas
manusia berpengaruh langsung terhadap lingkungan mulai dari negara berkembang
sampai negara maju. Kegiatan manusia berupa moda produksi yang berkaitan langsung
dengan lingkungan mulai dari perkebunan, perikanan, pertambangan, dan
eksploitasi hutan. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan masalah lingkungan
akibat moda produksi di atas perlu memberikan perhatian lebih pada kajian
sejarah lingkungan.
Mengikuti
kuliah tamu ini, saya jadi lebih memahami alam sebagaimana diri saya sendiri.
Jika alam disakiti, maka alam akan terluka dan rusak. Padahal manusia tinggal
dan bergantung pada alam. Ketika alam rusak, maka akan merepotkan bahkan
merugikan manusia. Memelajari sejarah lingkungan membuat manusia lebih memahami
gejala dan fenomena alam seperti bencana alam banjir yang kerap terjadi di
Indonesia mulai dari kota dan desa. Sejarah lingkungan mengajarkan manusia
lebih mencintai alam dengan memahami kondisi alam dari masa ke masa.
dimuat Koran Surya: Selasa, 28 November
2017
Comments
Post a Comment