Foto bikin Warisan Sejarah lebih Bermakna
Oleh: Moch. Nurfahrul Lukmanul
Khakim, S.Pd., M.Pd
(Dosen Sejarah, Universitas Negeri
Malang)
Fotografi tidak hanya tentang
mendokumentasikan sebuah objek dalam bentuk montase. Fotografi berperan penting
dalam menyajikan data yang akurat dengan teknik pengambilan gambar yang tetap
bersahabat. Fotografi mengajak manusia untuk memahami objek terlebih dahulu
sebelum memotretnya agar mampu memberikan sentuhan emosi yang nyata. Fotografi
bukan sekedar jeprat-jepret lalu unggah di media sosial, fotografi justru
memaknai setiap proses dan hasil.
Workshop fotografi bertema
‘Mengabadikan Artefak dan Situs Sejarah’ diselenggarakan oleh Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial UM untuk mahasiswa sejarah selama dua hari kemarin. Workshop
ini untuk membekali mahasiswa sejarah kemampuan untuk mendokumentasikan warisan
sejarah sebagai bahan penelitian, pengabdian dan pendidikan. Ikhwanussofa,
seorang fotografer spesialis budaya alumni Institut Seni Indonesia, menekankan
pada para peserta workshop untuk mengenali detail objek sejarah dulu sebelum
memotretnya.
Hari pertama workshop fotografi ini
berlokasi di Laboratorium Sejarah FIS UM, Ikhwanussofa memaparkan teknik-teknik
dasar fotografi, khususnya penentuan perpektif. Sebuah perpektif ditentukan
oleh; jarak antara objek dan kamera, sudut pengambilan pada posisi vertical
maupun horisontal, dan penggunaan focal
lenght yang berbeda. Perspektif ini penting karena objek sejarah berbeda
dengan objek lain sehingga disarankan mengambil posisi horisontal. Ikhwanussofa
juga menjelaskan tentang fotografi jurnalistik yang telah menjadi bagian
penting dalam sejarah Indonesia. Pekembangan fotografi jurnalistik di Indonesia
beriringan dengan perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Gambar-gambar sejarah seperti
proklamasi kemerdekaan bukan hanya hasil keberuntungan para pelakunya, namun
merupakan kegigihan dan komitmen yang mendalam.
Hari kedua workshop, Ikhwanussofa
memberikan pengarahan langsung pada mahasiswa sejarah selama praktek langsung
di Kawasan Cagar Budaya Candi Badut. Delapan puluh mahasiswa sejarah menikmati
proses praktek fotografi tidak hanya dengan kamera profesional tetapi juga
kamera ponsel. Mahasiswa mampu menfaatkan kamera ponsel dengan teknik
perspektif yang pas sehingga menghasilkan foto yang menarik. Sebenarnya
fotografi jurnalistik justru lebih menekankan pada cerita di balik setiap foto.
Oleh karena itu, fotografer justru harus mampu memanusiakan setiap warisan
sejarah. Karena pada dasarnya, setiap warisan sejarah juga karya manusia yang
telah melintasi berbagai zaman. Melihat keceriaan dan semangat para peserta
dalam mengenal objek sejarah untuk diabadikan memberikan napas baru bagi masa
depan fotografer khusus sejarah di Indonesia kelak.
Comments
Post a Comment