Bagaimana Cara Mengobarkan Cahaya Lewat Aksara?
Catatan Peserta:
Hari ini (Tgl. 16
April 2016), saya mengikuti Workshop Kepenulisan Islami oleh kak Fakhrul Khakim
di pondok pesantren An Nur Asyarihin Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Alhamdulillah, saya terpilih menjadi peserta dengan karya cerpen terbaik dalam
acara tersebut, mendampingi peserta teraktif. Terima kasih Ptq An-nur Tajinan dan kak Fahrul Khakim. Mari kita
warnai dan hiasi Indonesia dengan indahnya pena
Berikut
kutipan sepenggal cerpennya ".....Liburan di kebun binatang bersama suami
dan anaknya itu terasa bahagia bagi Zahro. Zahro
merasa bahwa saat itu, saat ia memotret wajah suaminya dan anaknya, putri, akan
menjadi momen terakhirnya berlibur bersama keluarga.
Dua hari lalu, dokter penyakit mata
telah memvonis Zahro dengan penyakit kanker mata stadium tiga di Rumah Sakit
Dr. Soetomo Surabaya, ketika ia berobat disana tanpa sepengetahuan suaminya
sepulang dari kerja. Hidupnya akan ia jalani tanpa melihat indahnya dunia dalam
beberapa hari lagi saja.
Namun, Zahro tak ingin
menangis lara atas derita pahit yang dialaminya.
"Mama, kenapa mama menangis", tanya putri.
"Mama, kenapa mama menangis", tanya putri.
"Tidak apa apa, nak.
Mama hanya terharu melihat kalian berdua", jawab Zahro pada anaknya
Zahro memang sengaja
menyembunyikan tangisnya dalam sebersit tawa, asalkan kebahagiaan senantiasa
terpancar dari wajah suami dan anaknya...." (lanjutan cerita menunggu ya)
# Kak Dito
# Zahro, sebersit cinta dalam setangkai lara
# Zahro, sebersit cinta dalam setangkai lara
Catatan Saya:
Jadi Penulis Tidak Perlu Bakat, Tapi Tirakat!
Setiap diminta memberi materi & motivasi kepenulisan, saya selalu bertanya pada diri sendiri: apakah saya memang sudah pantas? Apakah nanti mereka benar-benar akan jadi penulis? Kadang amanah itu terlalu berat, Yah, perjalanan hidup tiada yang tahu tapi saya selalu berusaha menyajikan yang terbaik. Saya hanya bisa memantaskan diri bahwa saya juga harus terus menulis apa pun yang terjadi, dibaca/tidak, setidaknya saya sudah melunasi amanah mereka terhadap saya (saya konsisten dengan apa yang saya katakan).
Setiap diminta memberi materi & motivasi kepenulisan, saya selalu bertanya pada diri sendiri: apakah saya memang sudah pantas? Apakah nanti mereka benar-benar akan jadi penulis? Kadang amanah itu terlalu berat, Yah, perjalanan hidup tiada yang tahu tapi saya selalu berusaha menyajikan yang terbaik. Saya hanya bisa memantaskan diri bahwa saya juga harus terus menulis apa pun yang terjadi, dibaca/tidak, setidaknya saya sudah melunasi amanah mereka terhadap saya (saya konsisten dengan apa yang saya katakan).
Comments
Post a Comment