Talkshow Online With Sampit Menulis
Terreeennggggg Talkshow dengan master cerpen & novel
dimulaaaiii.....
Sebelumnya, terima kasih banyak
buat Fahrul Khakim yang sudah bersedia bagi-bagi ilmu di Sampit Menulis. Semoga
bintang tamu kita satu ini sukses terus dan karya-karyanya semakin mengharumkan
Indonesia ya.
Bagi
yang kemarin nggak sempat ikutan, silakan baca rangkuman talkshow kemarin di
bawah ini ya:
- Q: Semangat paaggiiiii juga. Terima kasih sudah
meluangkan waktunya fahrul untuk Sampit Menulis. Boleh diceritakan
kesibukan fahrul sekarang & sejak kapan suka nulis?
- A: Sekarang aku fokus tesis dulu. Doakan bisa lulus
semester ini. Sesekali aku masih menulis artikel, puisi, cerpen, dan
mengedit novel lain. Sebenarnya aku suka menulis sejak SD karena hobi
kirim surat ke keluarga di luar kota. Mulai SMP, aku rutin nulis bukuharian.
Sejak SMP, aku baru berani mempublikasikan tulisanku di majalah sekolah.
Menulis menjadikanku manusia paling bahagia karena aku berbagi ide
sekaligus menerima ilmu.
- Q: Aaaammiiinnnn *mimin jadi ingat sesuai (hahaha OOT).
Sebenarnya apa sih yang membedakan cerita remaja dengan lainnya? *bagi
audience yang mau tanya sabar dulu ya.
- A: Tentu beda, cerita remaja itu tokohnya harus remaja,
tema seputar remaja, & pesan yg disampaikan sesuai dengan pola pikir
remaja. Konflik remaja pasti beda dengan konflik anak-anak / orang dewasa
krna remaja adalah usia di antara kedua hal itu. Konflik remaja biasanya
seputar jati diri karena fisik sudah mulai terbentuk, persahabatan.
- Q: Umm ummm, ada setting khusus nggak, misal lebih
menarik di kota atau luar negeri? *sampai sini audience boleh tanya ya....
monggo dirampok ilmunya.
- A : Gak ada kok. Semua cerita remaja itu bakal menarik
kalau dikemas dengan asyik. Saya pernah baca cerpen remaja latar di desa
dan di hutan, bagus kok. Malah pesannya cocok banget untuk para remaja
agar selalu merawat alam kita. Karakter tokoh dan bahasa disesuaikan
dengan setting / latarnya ya. Jangan sampai pakai bahasa "lo-gue"
padahal tinggalnya di desa.
- Q : Wkwkwkwkwk. Sepakat itu, banyak pemula yang terjebak
dengan "lo-gue". Beberapa cerpen fahrul juga pakai gaya bahasa
ini. Gimana tipsnya biar kita yang bukan tinggal di Jakarta ini bisa
menulis dengan "lo-gue" tapi struktur kaalimatnya (grammar)
nggak aneh gitu. Sampai harus konsul ke teman yang anak Jakarta nggak?
- A : Ya, banyak yang berpikir cerpen remaja yang keren itu
harus kayak sinetron pake gaya 'lo-gue', padahal nggak lho. Ya, cerpenku
yang judulnya 'Double Freak!" pakai gaya bahasa gini. Aku cuma riset
dari bacaan aja, perbanyak baca teenlit yang pakai logat & setting
Jakarta aja biar bisa nulis secara alami. Intinya perbanyak baca cerpen
remaja kalau pengen bisa nulis cerpen remaja yang bagus
- Q: Kak, penggunaan "Lo-gue" baiknya hanya ada
dalam dialog atau dalam narasi Author yang menggunakan POV1?
- A : sebaiknya ada dalam dialog saja. Sebenarnya
"Lo-gue" itu bahasa percakapan, bukan bahasa narasi jadi kurang
cocok jika digunakan jadi narasi.
- Q : Nah boleh tanya kak? Gimana caranya memasukan unsur
misteri ke dalam romance teenlit agar nggak aneh?
- A : Bisa asal unsur
misterinya sesuai dengan porsi cerita ya. Misteri sebenarnya juga ada
banyak jenisnya, bisa thriller sampai horror. Ada baiknya buat kerangka
cerita dan riset dulu sebelum menulis romance teenlit misteri karena
misteri itu butuh teka-teki. Hal ini menuntut penulis untuk bekerja dua
kali lebih teliti dalam merangkai logika dengan sebaik mungkin. Perbanyak
membaca fiksi misteri akan sangat membantu membuat cerita misteri yang
oke. Jangan lupa harus diiringi dengan latihan menulis ya
- Q : Terimakasih grin emotikon Sedang
galau gaya menulis cerita nih, Mas Fahrul
Khakim. Saya terombang-ambing antara gaya menulis puitis yang
pinginnya dibuat nyastra, dengan gaya penulisan remaja ala teenlit.
Karena peralihan usia dan juga peralihan jenis novel yang dibaca. Gimana ya menjembataninya? Padahal banyak juga isu-isu remaja yang mau diangkat. Tapi kalau bahasanya pakai bahasa orang seusia saya gimana dong? >,< - A : Sebaiknya diselesaikan satu-satu dulu biar bisa lebih
fokus dan maksimal karena keduanya butuh suasana dan riset yang pas. Pilih
mana yang paling bikin kita semangat ketika menulis, hal ini akan sangat
memotivasi kita ketika kita jenuh atau capek untuk kembali
bersemangat menulis. Semua isu pada dasarnya itu baik asal pesannya dapat
diterima oleh pembaca. Tak ada salahnya mencoba menyelesaikan 1 dulu baru
dilanjutkan ke cerita lainnya. Tapi jika tetap bersikeras ingin menulis
keduanya, usahakan membuat kerangka cerita dulu dan bacalah bacaan sesuai
dengan teman novel kita 1 jam sebelum menulis. Ada novel teenlit yang
bahasa baku banget tapi tetap enak dibaca dan bahkan difilmkan, padahal
karya penulis lokal, judulnya: '3600 detik'.
- Q : Untuk cerita remaja yang romance nih, gimana sih bikin
kisah cinta dua tokoh itu mudah diingat, dan bisa dirasakan romantisme
atau betapa indahnya momen kebersamaan mereka? Adakah karakter, kausalitas,
atau aktivitas khusus terkait dua orang yang saling mencinta ini?
- A : Penulis yang baik adalah penonton yang hebat. Penonton
yang hebat tidak akan tinggal diam untuk bisa mendapatkan ide yang
cemerlang, dia menciptakan cara mendapatkan ide. Sampai sekarang, saya
masih sering dapat repon positif tentang cerpen 'Cowokku Vegetarimood' & 'Sefitri Cinta Rayya' & novel
'Hiding My Heart'. Banyak yang terkesan. Saya suka menonton film dan pergi
jalan-jalan, biasanya saya justru punya bayangin sendiri tentang cerita
film atau menemukan sesuatu yang romantis saat sedang jalan-jalan. Walapun
belum pernah merasakan secara langsung, saya suka mengamati detail yang
membuat suasana romantis jadi berkesan tanpa mengumbar kemesraan. Semua
cerita romantis saya tidak melibatkan adegan ciuman atau pelukan, saya
selalu menonjolkan emosi dan perbuatan yang tulus punya efek romantis dua
kali lebih hebat smile emotikon
- Q : Mas Fahrul sering menggunakan tokoh perempuan dan
seolah rasanya ditulis perempuan. Adakah alasan khusus mas fahrul suka
menggunakan sudut pandang perempuan ini?
- A : ebenarnya tidak ada alasan khusus. Kebetulan ide yang
terlintas adalah tokoh perempuan. Tapi aku sadar pembaca fiksi kebanyakan
adalah perempuan. Tapi aku tetap berusaha menyeimbangkan porsi dan pesan
cerita jadi walau tokohnya perempuan, siapa pun pembacanya bisa teetap
menikmati cerita saya.
Comments
Post a Comment