Pendidikan Islam dalam Membangun Paradigma The Learning University
Oleh: Fahrul Khakim
Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang menjadi tumpuan harapan bangsa di masa depan. Mahasiswa memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat. Karena mahasiswa bisa menyampaikan aspirasi rakyat dengan cara yang intelektual. Mahasiswa bukan lagi dipandang sebagai remaja ingusan atau orang yang belum dewasa. Mahasiswa punya intelektual dan daya sosialisasi yang baik. Hal ini membuat mahasiswa memiliki citra yang baik di mata masyarakat Indonesia. Mahasiswa memiliki pandangan hidup yang maju, mandiri, berbudi, beretika, cekatan, dan kritis yang sangat penting dalam membentuk peradaban negara menjadi lebih baik nantinya.
Namun sayang, sekarang ini mahasiswa tidak menyadari pentingnya memiliki sifat-sifat itu. Mahasiswa saat ini cenderung berpandangan sekuler dan liberalis. Hal ini terwujud dalam pola tingkah laku mahasiswa sehari-hari yang sudah tidak lagi mengindahkan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Mahasiswa mengatasnamakan pandangan hidup yang salah sebagai bentuk kebebasan demokrasi dan berekspresi. Ironi ini sangat tidak masuk akal dan harus dicegah. Mahasiswa yang berintelektual tinggi seharusnya memiliki pandangan yang luas mengenai agama, norma, dan ilmu pengetahuan.
Pola-pola pergaulan mahasiswa yang sekuler dan liberalis sudah menjadi momok yang tragis di negeri ini. Mahasiswa mulai kehilangan jati dirinya sebagai pembentuk moral bangsa dan mulai menapaki jalur kemaksiatan. Contohnya: angka seks bebas dan hamil di luar nikah dari tahun ke tahun semakin naik. Imbasnya, angka pembunuhan bayi dan aborsi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Belum lagi masalah narkoba yang semakin merajalela di kalangan mahasiswa bahkan dijadikan bisnis yang menggiurkan. Ditambah dengan tingkat kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan oleh mahasiswa seperti perampokan, pemerkosaan, penganiayaan dan pembunuhan. Sungguh tidak etis hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa. Kaum intelektual yang akan menjadi penerus pemimpin bangsa di masa yang akan datang.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Berbagai faktor dari dalam diri mahasiswa (internal) mau pun pengaruh dari luar (eksternal) adalah penyebab mahasiswa mengalami kemerosotan moral. Salah satunya adalah kurangnya bekal agama yang tertanam dalam mahasiswa tersebut. Mahasiswa menganggap remeh pendidikan agama Islam yang disadari atau tidak, hal itu berimbas secara langsung pada pola tingkah laku dan pandangan hidup mahasiswa tersebut. Mahasiswa sekarang menganggap mendalami pendidikan agam Islam adalah prioritas kesekian yang akan dia jalani dan memilih melakukan hal-hal keduniawian yang lain. Padahal segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Namun mahasiswa terlalu disilaukan dengan godaan kenikmatin-kenikmatan sesaat yang ada di zaman serba canggih ini.
Mengapa bisa terjadi? Paham sekulerisme dan liberalisme merupakan pengaruh Barat yang semestinya diwaspadai. Kemajuan tekonologi dan kemudahan mengakses berbagai informasi dari dunia maya membuat paham ini mudah menyerap secara luas dan sulit dikendalikan. Sehingga mahasiswa yang memiliki pegangan agama yang lemah, maka dia mudah terpengaruh dan terhanyut pada ajaran yang salah. Media informasi yang berbasis sekulerisme dan liberalisme menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan tidak memperdulikan efek buruk yang ditimbulkan setelahnya. Misalnya terdapat banyak situs-situs porno yang sangat mudah diakses di mana saja. Ironisnya, kaum pelajar adalah langganan membuka situs-situs maksiat ini. Selain iu dalam perkembangan teknologi, fashion, mau pun dunia hiburan, semua berkiblat pada dunia barat yang notabene memegang teguh paham sekulerisme dan liberalisme. Hal ini tentu sangat ironis karena kebudayaan barat dan kebudayaan timur sangat berbeda.
Siapa yang salah? Penanaman nilai-nilai beragama saat penting ditanamkan sejak dini pada mahasiswa sehingga mahasiswa punya landasan agama yang kuat dan teguh dalam menjalankannya dan tidak mudah terpengaruh oleh berbagai arus gencar media-media pembobrok moral bangsa seperti media pornografi. Namun mahasiswa cenderung menganak-tirikan pendidikan agama Islam dan menganggap belajar agama adalah sesuatu yang kuno sehingga mereka malas mendalami bahkan meninggalkannya begitu saja. Ini membuat mahasiswa menjadi santapan empuk media-media sekulerisme. Selain itu, sikap orang tua bahkan orang terdekat pada mahasiswa mengenai pembibitan nilai-nilai beragama yang masih sangat rapuh serta tidak mendapatkan perhatian serius. Mereka cenderung acuh dan menganggap mahasiswa tersebut sudah dewasa dan mandiri. Memang mahasiswa sudah bisa mandiri, namun hal itu tetap harus di bawah pengawasan dan pengarahan orang tua agar mahasiswa tidak melenceng ke jalan yang salah dan berakibat fatal nantinya.
Bagaimana menanganinya? Pengkajian pendidikan dan nilai-nilai beragama sejak dini sangat penting agar mahasiswa bisa memiliki dasar agama yang kokoh sehingga tidak mudah terjebak dalam jalan-jalan keliru. Jika sudah dewasa, hal itu bisa ditangani dengan bergabung dengan forum-forum agama Islam dan lewat kjian-kajian yang penuh nilai agama Islam sehingga membuat pemahaman mahasiswa tentang agama Islam tidak hanya sebagai status KTP tapi juga sebagai pandangan hidup agar selamat dunia dan akhirat. Perubahan pola pikir akan berpengaruh siginifikan pada perilaku mahasiswa sehingga mahasiswa akan terbentuk moral dan intelektual yang cerdas dan berbudaya. Sehingga paradigma dalam pembangunan kampus menjadi universitas yang berbudaya bisa menjadi ke arah yang lebih baik demi mennghasilkan generasi penerus bangsa yang berbudi dan cerdas.
Mlg, Januari 2011
Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang menjadi tumpuan harapan bangsa di masa depan. Mahasiswa memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat. Karena mahasiswa bisa menyampaikan aspirasi rakyat dengan cara yang intelektual. Mahasiswa bukan lagi dipandang sebagai remaja ingusan atau orang yang belum dewasa. Mahasiswa punya intelektual dan daya sosialisasi yang baik. Hal ini membuat mahasiswa memiliki citra yang baik di mata masyarakat Indonesia. Mahasiswa memiliki pandangan hidup yang maju, mandiri, berbudi, beretika, cekatan, dan kritis yang sangat penting dalam membentuk peradaban negara menjadi lebih baik nantinya.
Namun sayang, sekarang ini mahasiswa tidak menyadari pentingnya memiliki sifat-sifat itu. Mahasiswa saat ini cenderung berpandangan sekuler dan liberalis. Hal ini terwujud dalam pola tingkah laku mahasiswa sehari-hari yang sudah tidak lagi mengindahkan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Mahasiswa mengatasnamakan pandangan hidup yang salah sebagai bentuk kebebasan demokrasi dan berekspresi. Ironi ini sangat tidak masuk akal dan harus dicegah. Mahasiswa yang berintelektual tinggi seharusnya memiliki pandangan yang luas mengenai agama, norma, dan ilmu pengetahuan.
Pola-pola pergaulan mahasiswa yang sekuler dan liberalis sudah menjadi momok yang tragis di negeri ini. Mahasiswa mulai kehilangan jati dirinya sebagai pembentuk moral bangsa dan mulai menapaki jalur kemaksiatan. Contohnya: angka seks bebas dan hamil di luar nikah dari tahun ke tahun semakin naik. Imbasnya, angka pembunuhan bayi dan aborsi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Belum lagi masalah narkoba yang semakin merajalela di kalangan mahasiswa bahkan dijadikan bisnis yang menggiurkan. Ditambah dengan tingkat kejahatan atau tindak kriminal yang dilakukan oleh mahasiswa seperti perampokan, pemerkosaan, penganiayaan dan pembunuhan. Sungguh tidak etis hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa. Kaum intelektual yang akan menjadi penerus pemimpin bangsa di masa yang akan datang.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Berbagai faktor dari dalam diri mahasiswa (internal) mau pun pengaruh dari luar (eksternal) adalah penyebab mahasiswa mengalami kemerosotan moral. Salah satunya adalah kurangnya bekal agama yang tertanam dalam mahasiswa tersebut. Mahasiswa menganggap remeh pendidikan agama Islam yang disadari atau tidak, hal itu berimbas secara langsung pada pola tingkah laku dan pandangan hidup mahasiswa tersebut. Mahasiswa sekarang menganggap mendalami pendidikan agam Islam adalah prioritas kesekian yang akan dia jalani dan memilih melakukan hal-hal keduniawian yang lain. Padahal segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang abadi. Namun mahasiswa terlalu disilaukan dengan godaan kenikmatin-kenikmatan sesaat yang ada di zaman serba canggih ini.
Mengapa bisa terjadi? Paham sekulerisme dan liberalisme merupakan pengaruh Barat yang semestinya diwaspadai. Kemajuan tekonologi dan kemudahan mengakses berbagai informasi dari dunia maya membuat paham ini mudah menyerap secara luas dan sulit dikendalikan. Sehingga mahasiswa yang memiliki pegangan agama yang lemah, maka dia mudah terpengaruh dan terhanyut pada ajaran yang salah. Media informasi yang berbasis sekulerisme dan liberalisme menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan tidak memperdulikan efek buruk yang ditimbulkan setelahnya. Misalnya terdapat banyak situs-situs porno yang sangat mudah diakses di mana saja. Ironisnya, kaum pelajar adalah langganan membuka situs-situs maksiat ini. Selain iu dalam perkembangan teknologi, fashion, mau pun dunia hiburan, semua berkiblat pada dunia barat yang notabene memegang teguh paham sekulerisme dan liberalisme. Hal ini tentu sangat ironis karena kebudayaan barat dan kebudayaan timur sangat berbeda.
Siapa yang salah? Penanaman nilai-nilai beragama saat penting ditanamkan sejak dini pada mahasiswa sehingga mahasiswa punya landasan agama yang kuat dan teguh dalam menjalankannya dan tidak mudah terpengaruh oleh berbagai arus gencar media-media pembobrok moral bangsa seperti media pornografi. Namun mahasiswa cenderung menganak-tirikan pendidikan agama Islam dan menganggap belajar agama adalah sesuatu yang kuno sehingga mereka malas mendalami bahkan meninggalkannya begitu saja. Ini membuat mahasiswa menjadi santapan empuk media-media sekulerisme. Selain itu, sikap orang tua bahkan orang terdekat pada mahasiswa mengenai pembibitan nilai-nilai beragama yang masih sangat rapuh serta tidak mendapatkan perhatian serius. Mereka cenderung acuh dan menganggap mahasiswa tersebut sudah dewasa dan mandiri. Memang mahasiswa sudah bisa mandiri, namun hal itu tetap harus di bawah pengawasan dan pengarahan orang tua agar mahasiswa tidak melenceng ke jalan yang salah dan berakibat fatal nantinya.
Bagaimana menanganinya? Pengkajian pendidikan dan nilai-nilai beragama sejak dini sangat penting agar mahasiswa bisa memiliki dasar agama yang kokoh sehingga tidak mudah terjebak dalam jalan-jalan keliru. Jika sudah dewasa, hal itu bisa ditangani dengan bergabung dengan forum-forum agama Islam dan lewat kjian-kajian yang penuh nilai agama Islam sehingga membuat pemahaman mahasiswa tentang agama Islam tidak hanya sebagai status KTP tapi juga sebagai pandangan hidup agar selamat dunia dan akhirat. Perubahan pola pikir akan berpengaruh siginifikan pada perilaku mahasiswa sehingga mahasiswa akan terbentuk moral dan intelektual yang cerdas dan berbudaya. Sehingga paradigma dalam pembangunan kampus menjadi universitas yang berbudaya bisa menjadi ke arah yang lebih baik demi mennghasilkan generasi penerus bangsa yang berbudi dan cerdas.
Mlg, Januari 2011
Comments
Post a Comment