Budaya Memperkenalkan Wawasan Lingkungan dan Kependudukan dalam Keluarga
Oleh: M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim
Pertumbuhan penduduk yang tak terkendali
memiliki pengaruh yang dahsyat pada lingkungan di Indonesia. Lingkungan adalah
tempat manusia atau penduduk tersebut hidup dan mencari mata pencaharian.
Apabila lingkungan terganggu maka akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan
manusia. Siahaan (2004:131) menyatakan air makin berkurang karena populasi
vegetasi hutan di daerah pegunungan akibat penebangan oleh pendudukan.
Belum lagi efek
lingkaran setan lain akibat tingginya permintaan lahan oleh pertumbuhan
penduduk yang tinggi: rusaknya ekosistem hutan menurunkan debit air, lahan
pertanian semakin mengecil, sampah yang dibuang sembarang mencemari lingkungan,
serta disusul bencana besar lainnya seperti banjir. Masalah ini perlu ditangani
dengan edukasi yang tepat, selain di sekolah, lingkungan keluarga juga perlu
disentuh.
Lingkungan keluarga
adalah bagian kecil dalam kependudukan. Lingkungan keluarga jarang disentuh
dalam memperkenalkan wawasan lingkungan dan kependudukan. Lingkungan keluarga
ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Memperkenalkan wawasan lingkungan
dan kependudukan pada orang dewasa lebih mudah daripada pada anak-anak. Oleh
karena itu diperlukan media edukasi dini yang menyenangkan dan efektif untuk menarik
minat anak.
Media tersebut bisa membantu orang
tua dalam berinteraksi dengan anak seraya belajar mengenai wawasan lingkungan
dan kependudukan bersama-sama. Pengenalan wawasan lingkungan
dan kependudukan pada anak di rumah sangat penting karena rumah ialah
lingkungan yang paling dekat dengan anak. Menurut Olivia dan Ariani (2010)
Pembentukan diri seorang anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
mana dia tumbuh dan berkembang. Rumah dalam arti keluarga, adalah tempat utama
yang paling menentukan bentuk dasar dan karakter seorang anak.
Keunggulan
edukasi wawasan lingkungan dan kependudukan dalam keluarga dapat dikritisi
lewat kajian budaya. Kleden (1987:128) menerangkan usaha untuk menyelaraskan
dunia gagasan dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan fisik ini, dalam
kalangan ilmuwan sosial Indonesia, dikenal sebagai pembangunan mental. Apabila langkah
ini kemudian diteruskan dengan menyesuaikan lingkungan sosial dengan
perubahan-perubahan dalam lingkungan fisik, agar fungsi lembaga atau pranata
sosial tidak bertentangan tetapi akan lebih sejalan dengan keperluan baru di
dalam lingkungan fisik yang sudah berubah, maka yang terjadi adalah rekayasa
sosial (social engineering). Dapat disimpulkan
bahwa peneliti sosial dan sains terapan harus bekerja sama dalam menangani
masalah ini, menggabungkan masing-masing keunggulan bidang tersebut. Perlu ada
budaya baru dalam memperkenalkan pentingnya wawasan lingkungan dan kependudukan
dalam lingkup keluarga.
Budaya
baru ini sebagai bentuk pengembangan dan pengembangan ilmu sosial dan sains
terapan dalam bentuk media edukatif, salah satunya adalah permainan ular
tangga. Budaya memperkenalkan wawasan lingkungan dan kependudukan melalui
permainan lebih gampang dipahami karena tidak rumit dan lebih humanis. Peursen (1988:144)
mengungkapkan seluruh kebudayaan adalah satu proses belajar yang besar. Demikian
dalam bidang kesenian misalnya manusia terus mencari bentuk-bentuk ekspresi baru. Bahkan alam pun yang tampaknya tidak berubah,
dalam lingkup kebudayaan manusia selalu menemukan suatu wajah yang baru. Proses
belajar dalam bidang kebudayaan memperoleh suatu wajah yang baru. Proses belajar
dalam bidang kebudayaan menghasilkan bentuk-bentuk baru dan memunculkan
(akumulasi) pengetahuan dan kepandaian. Intinya, permainan ular tangga Abija
(Agen BKKBN Hijau) ini adalah sebuah budaya baru yang edukatif dalam menanamkan
kepedulian pada wawasan lingkungan dan kependudukan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Kleden,
Ignas. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik
Kebudayaan: Kumpulan Karangan. Jakarta: LP3ES
Olivia,
Femi & Ariani, Lita. 2010. Inner
Healing at School. PT Elex Media Komputindo: Jakarta
Peursen,
C. A. Van. 1988. Strategi Kebudayaan.
Yogyakarta: Kanisius
Siahaan,
N. H. T. 2004. Hukum Lingkungan dan
Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga
*Positingan ini diikutkan Lomba Pembuatan Blog 2014 BKKBN dan Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan
*Positingan ini diikutkan Lomba Pembuatan Blog 2014 BKKBN dan Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan
wah kreatif nih... :D
ReplyDeleteTerima kasih, Mas. Ini masih belajar kok. :)
ReplyDelete