Sedimen Kejayaan Tiongkok Kuno dalam Solilokui Arkeologi
Sedimen
Kejayaan Tiongkok Kuno dalam Solilokui Arkeologi
Judul : Selidik National Geographic: Tiongkok
Kuno
Penulis
: Jacqueline Ball dan Richard
Levey
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun
Terbit : April 2011
Tebal : 64 halaman
Peresensi : M. Nur Fahrul Lukmanul Khakim*
Tingkat
kejayaan peradaban manusia pada masa lalu dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan mereka. Kadang kala sejarah penuh dengan misteri.
Terdapat artefak-artefak kuno yang amat menakjubkan karena cara pembuatan benda
bersejarah tersebut pada masa lalu sudah sangat maju. Secara kualitas, artefak itu
sudah mampu bertahan ribuan tahun. Secara kuantitas, jumlahnya mencapai
ratusan. Banyak artefak kuno tersebut ditemukan di daratan Tiongkok. Hal ini membuktikan
bahwa kebudayaan dan tatanan sosial di sana dahulu sudah begitu kompleks dan
tinggi.
Dilengkapi
dengan foto, gambar, skema, serta penjelasan yang ringkas, buku ini sangat
cocok dibaca oleh semua kalangan dan usia. Baik yang tertarik pada arkeologi
dan sejarah, maupun benda seni. Buku ini akan menjawab kehausan pembaca
mengenai artefak bersejarah bangsa Tiongkok Kuno. Tim National Geographic
kembali menunjukkan komitmen mereka dalam mengkaji dan menulis sejarah Tiongkok
Kuno demi kelestarian sejarah tersebut. Mereka bekerjasama dengan Arkeolog asal
China dalam menggali sudut-sudut yang tak terjamah di berbagai situs demi
mendapat data yang faktual mengenai sejarah dinasti Tiongkok yang terhidangkan menjadi
7 bab dalam buku ini.
Masing-masing bab
membahas bukti-bukti penemuan artefak kuno Tiongkok yang ditinjau dalam
solilokui (sudut pandang) Arkeologi yaitu; Bab
1 Masa Lampau Hidup Kembali, Bab 2
Dongeng Penyu, Bab 3 Pasukan Bisu,
Bab 4 Berbusana demi Kemakmuran, Bab 5 Belajar dari Mumi, Bab 6 Kerja Bagus,
Selamat Jalan!, dan Bab 7 Perampok Makam. Sebelum memasuki bab pertama,
terdapat kata pengantar dari para penulis, juga dilengkapi tentang peta
geografi Tiongkok berisi lokasi artefak tersebut ditemukan serta skema kronologi
Sejarah Tiongkok yang cukup jelas dan padat sehingga mudah dipahami.
Pembahasan dalam Bab 1 akan
mengajak pembaca menggali data-data sejarah dengan metode-metode Arkeologi
serta kisah singkat duka-suka arkeolog dalam pencarian artefak kuno. Dalam menelusuri
dan menemukan situs bersejarah, arkeolog mengumpulkan berbagai informasi baik
lisan maupun tulis dan dianalisis dengan matang. Ajaib! Mereka mampu
membuktikan catatan sejarah itu saat menemukan artefak kuno manusia yang sangat
megah itu. Tentu saja, mereka tak sembarang dalam mengkaji sumber dan temuan
bersejarah itu demi kebenaran ilmiah.
Bab 2 mengisahkan
tentang salah satu sumber sejarah yang penting yaitu penulisan huruf-huruf
Tiongkok kuno pada tempurung penyu dan tulang hewan yang sudah berusia ribuan tahun.
Mereka mengenal tulisan itu berupa pictograf,
huruf-huruf gambar / simbol. Para arkeolog mengukur radiokarbon untuk
mengetahui umur fosil mahluk hidup. Hal ini mereka lakukan saat menemukan biji
jawawut dan tulang-belulang yang ada di sebuah makam dari Dinasti Shang. Arkeolog
telah membantu dunia memecahkan misteri peradaban Tiongkok yang terkubur dan
tak terjamah selama ratusan bahkan ribuan tahun. Ini bukan sekedar pekerjaan biasa,
namun membutuhkan ketelitian dan keuletan yang tinggi. Pembaca diajak
berdiskusi dengan Dr. Zhichun Jing dari University of British Columbia mengenai
perkembangan arkeologi di Tiongkok kini.
Salah satu penemuan
Arkeologi paling menakjub di dunia diulas di Bab 3 dengan foto dan ilustrasi
yang up-to-date adalah kompleks
pemakaman Kaisar Qin Shi Huangdi. Dia sudah merencanakan pembangunan makamnya
sejak berumur 13 tahun saat dia pertama kali dinobatkan jadi raja. Tak heran
jika makamnya luar biasa megah dan menakjubkan. Luas situs makam yang terletak
di Xi’an itu mencakup lebih dari 22.000 meter persegi dan di dalamnya berjejer
rapi 8000 prajurit dan kuda terakota yang terkubur dalam ruangan yang
dipisahkan dari rammed earth. Semua
prajurit dan kuda terakota (tanah liat yang dibakar) itu memiliki ekspresi dan
pahatan yang berbeda satu dan lainnya. Benar-benar makam yang prestisius. Konon,
para prajurit dan kuda itu adalah armada perang mendiang raja di alam baka.
Sehingga dia tak hanya menjadi raja di dunia tetapi juga di akhirat. Para
sejarawan menyakini bahwa tembok besar China juga dibangun oleh Kaisar Pertama
Qin dan nama Qin (baca “Cin”) merupakan asal kata “China”. Untuk mencari dan
memperkirakan artefak yang masih tertimbun di tanah, maka para Arkeolog
menggunakan Radar Penembus Bumi (RPB), yaitu penggunaan khusus teknologi radar
untuk membantu mendeteksi artefak dan benda-benda arkeologis yang terkubur tak
jauh dari permukaan tanah. Hal ini menunjukkan kedekatan hubungan Arkeologi
dengan ilmu lainnya seperti Fisika, sehingga data sejarah yang didapat akan
semakin ilmiah dan kritis.
Sutra dan batu giok merupakan
barang yang sangat digemari di Tiongkok.
Ini dapat dibuktikan melalui temuan situs makam kuno yang jenazahnya dibungkus
dengan batu giok disertai bekal kubur patung ulat sutra bersepuh emas. Bekal
kubur itu dimaksudkan agar di akhirat kelak , mendiang para penguasa di
makam itu akan mendapatkan kemewahannya
kembali. Hal tersebut dijelaskan secara gamblang pada Bab 4. Mumi juga dikenal
di Tiongkok kuno. Jenazah Putri Dai, permaisuri raja, yang masih utuh dan
terawetkan sempurna berhasil ditemukan. Mumi tersebut memang tidak menggunakan
metode-metode permumian tradisional yang berasal dari Mesir Kuno. Namun kondisi
makam yang hampa udara karena tertutup sangat rapat membuat jasad mendiang permaisuri
itu tahan lama. Mumi lainnya juga dibahas dengan menarik pada Bab 5.
Sesungguhnya sejarawan
dan arkeolog sangat terbantu dengan penemuan-penemuan makam mewah tersebut.
Karena mereka dapat menganalisis kehidupan masa lalu berdasarkan bukti-bukti
kuno yang ada di makam tersebut. Bab 6 mengulas betapa berharganya golok giok,
bejana perunggu atau ding, guci air
atau ping, dan lain sebagainya dalam
merekontruksi sejarah Tiongkok Kuno. Namun amat disayangkan karena para
arkeolog dan pemerintah Tiongkok pernah kecolongan oleh para perampok makam. Bab
7 mendeskripsikan perampok makam yang kerap menjarah situs-situs bersejarah di
Tiongkok berakibat sangat terancamnya kelestarian catatan sejarah Tiongkok bagi
generasi penerusnya dan ilmu pengetahuan di dunia.
Buku ini menjabarkan
informasi sejarah serta memasang foto, gambar, peta dan skema terbaru dari hasil
penelitian arkeologi selama bertahun-tahun mengenai Sejarah Tiongkok Kuno. Pembaca
diajak menyelami dunia kepurbakalaan sekaligus belajar arkeologi. Pembaca akan
mendapatkan kedua pengetahuan itu dalam sekali menuntaskan buku ini. Terdapat beberapa
foto di buku ini yang kurang dijelaskan dengan detail sehingga akan membuat
pembaca penasaran. Beberapa narasi mengenai suatu situs bersejarah seolah diungkapkan
sambil lalu karena harus menyandingkannya dengan konsep arkeologi. Buku ini
sangat menarik untuk dibaca agar semua tahu betapa berharganya penemuan benda
bersejarah bagi kehidupan sekarang maupun yang akan datang serta perkembangan
ilmu di dunia.
Comments
Post a Comment