Utak-atik Opini dan Artikel*
Opini disebut juga tajuk rencana atau gagasan dari suatu fenomena atau peristiwa. Opini tentu saja berbeda dengan cerpen / novel karena mengedepankan topik yang aktual. Opini juga berbeda dengan esai dan artikel. Esai memang berisi gagasan yang mirip dengan opini namun dalam opini, gagasan tersebut harus didukung dengan data atau sumber tentu yang faktual. Perbedaan opini dengan artikel adalah dalam artikel, data atau sumber yang dirujuk lebih kompleks dan bersifat ilmiah atau menyelesaikan masalah tertentu dengan menggunakan teori tertentu.
Sebenarnya semua orang bisa menulis opini & artikel yang bagus dan mengirimkan ke media masa. Tidak percaya? Cek beberapa tips “cantik” menulis opini untuk media masa berikut ini:
• Topik yang aktual
Nyawa dalam sebuah opini adalah topik yang diulas menjadi sajian tulisan yang hangat karena sesuai dengan peristiwa yang aktual. Sedangkan artikel lebih menekankan ada paparan topik yang ilmiah. Topik bisa muncul dari berbagai fenomena. Namun ada baiknya memperhatikan peristiwa yang masih “panas” akhir-akhir ini. Redaksi koran lebih “melirik” opini atau artikel yang menyajikan topik yang sedang happening saat ini misalnya: kinerja Indonesia sebagai tuan rumah SEA GAMES 2011, Komodo sebagai calon 7 keajaiban dunia, atau kebudayaan Indonesia yang berbondong-bondong didaftarkan di UNESCO. Satu topik saja cukup, tapi galilah secara mendalam dan detail.
• Penerapan Sastrawi yang benar
Editor tidak segan-segan membuang naskah yang kita kirim jika pemakaian EYD dalam opini/artikel tersebut “serampangan”. Polesan naskah opini/artikel yang baik, tentu akan membuat editor semakin tertarik. Maka dari itu, sudah jadi fardhu ain dalam menulis opini (atau tulisan apa pun) yang akan dikirim ke media massa ditulis dengan tata penulisan yang baik sesuai dengan EYD. Jika masih ragu-ragu, mintalah bantuan rekan atau orang yang berkompeten dalam sastra untuk membaca dan mengoreksi penulisan opini. Buang jauh-jauh rasa malu. Toh, menulis adalah belajar.
• Data atau sumber yang relevan
Agar topik yang dibahas dalam opini/artikel tersebut semakin aktual, maka perlu didukung dengan data atau sumber yang akurat. Pada zaman serba cyber ini, terdapat banyak kemudahan dalam mengakses berbagai sumber. Perpustakaan juga terbuka lebar untuk semua orang. Namun, pilihlah sumber yang ditulis dengan tata penulisan dan penelitian yang benar. Satu sumber saja sudah cukup untuk memperkuat gagasan dalam opini/artikel tersebut.
• Teknis penyajian
Opini & artikel merupakan gagasan yang singkat namun mengena dalam mengeksplorasi suatu peristiwa dalam sudut pandang lain. Opini & artikel bisa dibaca dalam sekali duduk. Dalam koran tidaklah membutuhkan tempat yang banyak. Biasanya hanya separuh halaman koran. Rata-rata 700 sampai 1200 kata atau sekitar 2-3 halaman. Perhatikan jumlah kata yang ada dalam opini ditulis dan akan dikirim. Sebaiknya tidak kurang dari batas minimum atau melebihi batas maksimum kata opini yang telah disebutkan di atas.
Tips-tips di atas hanyalah sebagai stimulus kecil dalam menumbuhkan semangat menulis dan berkarya di media massa. Tanpa kemauan dan kerja keras, semua tulisan ini hanyalah setitik tinta tak bergerak.
*
disampaikan dalam Writing Camp FLP UM pada 20 November 2011 di Vila Panorama, Batu
Sebenarnya semua orang bisa menulis opini & artikel yang bagus dan mengirimkan ke media masa. Tidak percaya? Cek beberapa tips “cantik” menulis opini untuk media masa berikut ini:
• Topik yang aktual
Nyawa dalam sebuah opini adalah topik yang diulas menjadi sajian tulisan yang hangat karena sesuai dengan peristiwa yang aktual. Sedangkan artikel lebih menekankan ada paparan topik yang ilmiah. Topik bisa muncul dari berbagai fenomena. Namun ada baiknya memperhatikan peristiwa yang masih “panas” akhir-akhir ini. Redaksi koran lebih “melirik” opini atau artikel yang menyajikan topik yang sedang happening saat ini misalnya: kinerja Indonesia sebagai tuan rumah SEA GAMES 2011, Komodo sebagai calon 7 keajaiban dunia, atau kebudayaan Indonesia yang berbondong-bondong didaftarkan di UNESCO. Satu topik saja cukup, tapi galilah secara mendalam dan detail.
• Penerapan Sastrawi yang benar
Editor tidak segan-segan membuang naskah yang kita kirim jika pemakaian EYD dalam opini/artikel tersebut “serampangan”. Polesan naskah opini/artikel yang baik, tentu akan membuat editor semakin tertarik. Maka dari itu, sudah jadi fardhu ain dalam menulis opini (atau tulisan apa pun) yang akan dikirim ke media massa ditulis dengan tata penulisan yang baik sesuai dengan EYD. Jika masih ragu-ragu, mintalah bantuan rekan atau orang yang berkompeten dalam sastra untuk membaca dan mengoreksi penulisan opini. Buang jauh-jauh rasa malu. Toh, menulis adalah belajar.
• Data atau sumber yang relevan
Agar topik yang dibahas dalam opini/artikel tersebut semakin aktual, maka perlu didukung dengan data atau sumber yang akurat. Pada zaman serba cyber ini, terdapat banyak kemudahan dalam mengakses berbagai sumber. Perpustakaan juga terbuka lebar untuk semua orang. Namun, pilihlah sumber yang ditulis dengan tata penulisan dan penelitian yang benar. Satu sumber saja sudah cukup untuk memperkuat gagasan dalam opini/artikel tersebut.
• Teknis penyajian
Opini & artikel merupakan gagasan yang singkat namun mengena dalam mengeksplorasi suatu peristiwa dalam sudut pandang lain. Opini & artikel bisa dibaca dalam sekali duduk. Dalam koran tidaklah membutuhkan tempat yang banyak. Biasanya hanya separuh halaman koran. Rata-rata 700 sampai 1200 kata atau sekitar 2-3 halaman. Perhatikan jumlah kata yang ada dalam opini ditulis dan akan dikirim. Sebaiknya tidak kurang dari batas minimum atau melebihi batas maksimum kata opini yang telah disebutkan di atas.
Tips-tips di atas hanyalah sebagai stimulus kecil dalam menumbuhkan semangat menulis dan berkarya di media massa. Tanpa kemauan dan kerja keras, semua tulisan ini hanyalah setitik tinta tak bergerak.
*
disampaikan dalam Writing Camp FLP UM pada 20 November 2011 di Vila Panorama, Batu
Comments
Post a Comment